Kutipan dari novel Botchan - part 1

Kutipan di sini sebenarnya bukan kata-kata mutiara, saya ambil karena menunjukkan kepribadian Botchan yang kuat. :D

1.      Kini aku tidak akan bisa mengembalikannya, meskipun aku berharap bisa melakukan itu sepuluh kali lipat.
2.      Kukatakan padanya aku paling benci menerima barang secara diam-diam.
3.      Meskipun ayahku memang keras kepala, tapi tidak seharusnya dia pilih kasih.
4.      Walaupun aku tidak bisa membayangkan diriku jadi apa pun, Kiyo terus menerus menyemangati, “Kau bisa! Pasti bisa!”, jadi aku berpikir mungkin aku memang bisa.
5.      Dasar tak tahu malu, memandang rendah orang padahal dirinya sendiri hanya orang kampung!
6.      Wajahku mungkin tidak enak dilihat, tapi masih jauh lebih bagus daripada wajahnya.
7.      Aku selalu berpikir semua manusia sama dan bakal ada saat ketika kita ingin protes bila kehilangan kesabaran.
8.      Aku benci kebohongan, jadi aku memutuskan untuk tetap tenang meski telah ditipu sampai datang ke sini, berbicara apa adanya untuk menolak tawaran pekerjaan.
9.      Lebih baik menolak daripada hidup dalam kebohongan.
10.   Heran juga melihat ketidakpedulian mereka terhadap perasaan orang.
11.   Menurutku kecemasannya berlebihan.
12.   Tidak akan pernah aku kunjungi orang yang tidak tahu sopan santun seperti dia.
13.   Berhubung dia guru senior, dirinya datang ke tempatku agak menunjukkan harga diri yang rendah.
14.   Begitu sebaiknya bergerak, menyelesaikan segalanya sesuai urutan.
15.   Bukannya aku penipu atau pengecut, tapi harus kuakui aku hanya punya keberanian yang terbatas.
16.   Aku tidak merasa diriku menebarkan aura otoritas.
17.   Aku menyadari diriku tidak memiliki kemampuan untuk mendominasi mereka hanya dengan lidah. Sekali aku menunjukkan kelemahan apa pun di depan anak-anak kampung ini, akan sulit bagiku mengembalikan kendali.
18.   Aku memulai pelajaran dengan suara keras mantap, juga memberi tekanan pada getaran lidahku demi memberi bobot pada setiap kata.
19.   Di mana salahnya mengaku bila kau memang tidak mampu?
20.   Berhubung semua orang mematuhi peraturan itu tanpa mengeluh, tidak akan pantas bagiku si orang baru untuk membuat keributan.
21.   Tidak ada yang pernah menyatakan aku punya penampilan ala “gentleman berbudibahasa tinggi”. Kau bakal langsung tahu dari cara berpakaian dan berbicaraku. Jadi hanya penipu yang akan berbicara seperti itu di depanku.
22.   Setiap kali aku membuat kekonyolan di dalam kelas, aku akan menyesalinya saat itu juga, tapi perasaan itu akan lenyap setelah kira-kira setengah jam kemudian.
23.   Aku memang bukan orang bernyali baja, tapi di lain pihak aku orang yang teguh pada keputusan.
24.   Aku tidak akan pernah rela berusaha bertingkah laku manis ataupun memuji anak-anak kampung itu di kelas.
25.   Kukatakan aku tidak akan beli bahkan bila uang ada dan akhirnya berhasil mengusirnya.
26.   Aku berkata bahwa yang kugunakan adalah uangku sendiri, jadi tidak ada hubungannya dengan mereka bila aku makan empat atau lima mangkuk.
27.   Lelucon adalah lelucon, namun kalau berlarut-larut hasilnya kenakalan.
28.   Bila lelucon sudah melewati batas, akan sulit untuk bisa memakluminya.
29.   Aku tidak akan menjadikannya masalah bila saja humor mereka polos.
30.   Mereka membuat peraturan-peraturan yang mendukung kepentingan mereka sendiri, lalu tanpa malu, bertingkah laku seakan keadaan ini merupakan keadaan paling ilmiah di dunia.
31.   Satu individu tidak akan mampu mencapai apa pun, betapapun keluhannya sangat beralasan.
32.   Semua mahasiswa hukum tampak lemah tapi mereka punya bakat berdebat.
33.   Mereka semua begitu kecil sehingga semakin besar tenaga yang kukeluarkan, malah semakin kurang efek yang kuinginkan.
34.   Ketenangannya hanya berbeda tipis dengan kekurangajaran.
35.   Kalau tidak punya nyali mengakui tindakan yang telah mereka lakukan, seharusnya sejak awal mereka urung melakukannya.
36.   Aku juga melakukan beberapa kejailan saat di sekolah menengah, tapi ketika para guru bertanya siapa yang bertanggungjawab, selayaknya lelaki aku selalu mengaku.
37.   Meski membuat kekacauan, setidaknya aku selalu jujur.
38.   Jika aku berniat supaya terbebas dari konsekuensi, sejak awal aku tidak akan bertindak.
39.   Menurutku tidak ada masyarakat yang rela mentoleransi orang-orang memuakkan yang berpikir bisa bersenang-senang tanpa membayar akibatnya.
40.   Mereka datang ke sekolah, berbohong, melakukan kecurangan, dan mengendap-endap di balik kegelapan, melakukan muslihat pada orang. Lalu ketika lulus, mereka akan berjalan penuh kebanggaan, terjebak dalam pemikiran keliru bahwa mereka telah memperoleh pendidikan. Dasar sampah masyarakat!
41.   Berbicara dengan orang-orang berotak busuk membuatku muak.
42.   Aku merasa kasihan pada orang-orang yang belajar di sekolah menengah tapi tidak mampu membedakan mana yang patut dan yang tidak.
43.   Penampilan dan tingkah lakuku mungkin memang tidak terpoles dan cara bicaraku tidak elegan, tapi aku yakin dalam hati, aku manusia yang lebih baik daripada mereka.
44.   Meski hanya seorang wanita tua, tanpa pendidikan atau status sosial, dia punya karakter mulia.
45.   Kalau punya sekadar kesadaran akan apa yang benar, kalian akan menyesali perbuatan kalian dan datang untuk meminta maaf.
46.   Asrama ini tidak didirikan sebagai kandang babi. Berhentilah bertingkah seperti binatang liar!
47.   Aku mengakui ada pengecut dalam setiap diri laki-laki, namun ternyata tingkat kepengecutan mereka kelewat batas.
48.   Aku lebih punya keberanian daripada kebijakan.
49.   Namun aku tidak berniat dikalahkan. Kalau aku membiarkan ini berlalu begitu saja, aku bakal kehilangan muka.
50. Aku tidak akan membiarkan orang berkata anak Edo mudah putus asa.
Category: 0 comments

0 comments:

Posting Komentar