Bunga Akhir Abad - (half of scene 2 and full scene 3)

Sesuai yang sudah saya janjikan di post sebelumnya, saya cantumkan bagian skrip drama yang saya buat. :D

-------------------------------------------

Paruh akhir adegan 2

Tiba-tiba Suurhof menarik Minke agak menjauh dari Annelies.
Suurhof : “Sahabatku, maaf aku telah berlaku tidak adil dan tidak jujur padamu.”
Minke    : “Ya, Rob, aku tahu itu.”
Suurhof : “Aku melakukannya bukan atas kejahatan, namun karena rasa sukaku pada Annelies. Ya, Minke, aku menyukai Annelies.”
Minke    : “Apa, Rob? Tidak salah yang kudengar itu? Kau menawariku untuk mendekatinya…”
Suurhof : “Aku hanya sempat melihatnya namun tidak bisa berkenalan. Aku sakit hati ketika kau bisa dengan mudah mendekatinya.”
Minke    : “Jadi kau hanya ingin memamerkan bahwa kau bisa bersama Annelies sedangkan aku tidak…”
Suurhof : “Aku masih berharap, masih mengirimkan surat kepada Annelies namun tak ada jawaban. Hingga akhirnya sekarang kalian menikah. Aku harus meninggalkan Hindia untuk melupakannya. Namun jangan sampai persahabatan kita rusak karena kesalahanku dulu, Minke. Aku akan meneruskan studiku ke Eropa.”
Minke    : “Ya, selamat jalan, Rob, semoga berhasil.”
(Suurhof pergi bersama undangan lainnya. Minke kembali ke samping Annelies)
Annelies: “Mas, copotlah cincin ini.”
Minke    : “Kau tak suka menerimanya?”
Annelies: “Aku tak pernah membalas surat Suurhof. Kembalikan saja cincin ini padanya, Mas.”
Minke    : “Ya, akan kukembalikan padanya.”
====================================
Adegan 3

Minke    : (menulis di meja, narasi dibacakan dari backstage) Setelah 6 bulan pernikahanku dengan Annelies sesuatu yang kami takutkan terjadi. Annelies dan mama dipanggil menghadap Pengadilan Putih. Mama kemudian menceritakan asal mula peristiwa panjang yang bermula bertahun-tahun yang tahun lalu ini. Maurits Mellema, anak sah dari Herman Mellema yang selama ini tinggal di Belanda tiba-tiba datang ke Boerderij Buitenzorg.
Maurits  : (masuk ke panggung dengan angkuh, Nyai sedang duduk menulis di meja kerja) “Mana Tuan Herman Mellema.”
Nyai       : “Tuan siapa? (tersinggung karena Maurits tidak sopan) Apa urusan Tuan datang kemari?”
Maurits  : “Hanya Tuan Mellema yang kuperlukan.” (lebih kasar)
Herman  : “Ada apa berteriak-teriak?” (datang karena mendengar suara kasar Maurits, kaget melihat Maurits) “Maurits! Kau sudah segagah ini!”
Maurits  : “Insinyur Maurits Mellema, Tuan Mellema!”
Herman  : “Duduklah, Maurits!” (gugup)
Maurits  : “Aku datang tidak untuk duduk di kursi ini! Tuan telah menuduh istri sahmu yaitu ibuku, berbuat serong tanpa memberinya kesempatan untuk membela diri. Aku merasa terhina! Ibuku tak punya dana untuk menyewa pengacara, namun sekarang aku datang sendiri untuk membereskan perkara ini.”
Nyai       : “Apa yang Tuan inginkan dari Tuan Mellema?!”
Maurits  : (tidak menggubris nyai) “Lihat, Tuan menuduh ibuku serong namun Tuan sendiri mengambil wanita pribumi ini sebagai teman tidur selama belasan tahun tanpa perkawinan sah! Tuan telah menyebabkan lahirnya dua orang anak haram!”
Nyai       : “Sungguh tak tahu aturan!” (marah namun tetap tak digubris)
Herman  : “Kita bisa menyelesaikan….” (lemas)
Maurits  : “Aku tidak ada urusan dengan pribumi sepertimu!” (menuding nyai)
Nyai       : “Kau tak ada hak untuk mencampuri urusan keluargaku!”
Maurits  : “Aku tak ada urusan dengan kowe, nyai!” (sangat kasar dan kaku)
Nyai       : “Ini rumahku! Jangan berbicara seperti itu di sini! Pergi kau! Membuat kacau rumah tangga orang! Pergi saja kau dari sini!”
Maurits  : “Tuan tahu sekarang siapa Tuan dan betapa busuknya diri Tuan, lebih busuk daripada tuduhan Tuan kepada ibuku!” (pergi dari panggung)
===========
Minke    : (narasi masih dibacakan, Minke di panggung duduk dengan gelisah bersama nyai) Siapa yang takkan terkejut ketika ternyata masalah itu berlanjut ketika aku telah menjalani kebahagiaan ini. Mama sering mendapat panggilan dari pengadilan, sekarang Annelies pun mendapatkan panggilan utama dari pengadilan.
Nyai       : “Nak, Nyo, kurang apa penderitaanku ini? Satu persatu hilang dari kehidupanku. Kini Maurits pun ingin mengambil Annelies, anakku satu-satunya. Tidak cukup itu saja, dia pun ingin mengambil perusahaan yang aku bangun dengan susah payah ini.”
Minke    : “Apa yang terjadi, Ma? Mana bisa mereka mengambil Annelies, dia istriku, Ma!”
Nyai       : “Orang itu, Maurits, hendak mengambil hak perwalian atas Annelies sebagai adik tirinya. Punya hak apa dia? Akulah yang telah membesarkan Annelies, dan sekarang orang yang tak kukenal itu ingin mengambilnya begitu saja. Dia juga menginginkan perusahaan ini sebagai tuntutan atas warisan baginya dan ibunya sepeninggal Tuan Mellema. Padahal perusahaan ini aku yang bangun, bukan Tuan Mellema!”
Minke    : “Apa? Lalu bagaimana nasib Annelies?”
Nyai       : “Mereka akan membawanya ke Nederland, Nak, Nyo.”
Minke    : (terkejut) “Tapi Ma, Annelies kan istriku!”
Nyai       : “Nak, Nyo, sekarang sudah saatnya kita sendiri yang melawan mereka. Meskipun kita tidak akan menang, kita harus melawan sampai tidak bisa melawan lagi. Lawanlah dengan cara terhormat, Nyo. Kau bisa menulis sebagai senjatamu.”
Minke    : “Aku akan menulis tentang kita, Ma, tentang ketidakadilan yang dilakukan pengadilan terhadap kita.”
Namun seberapa besarnya kami berusaha, akhir tetaplah akhir. Kemenangan tidak bisa kami rebut. Annelies dan Boerderij Buitenzorg jatuh ke tangan Maurits Mellema. Tinggal menunggu waktu hingga dia mengambilnya. Annelies sakit karena keputusan pengadilan, terus sakit hingga tiba saatnya dia harus pergi. Kemudian suatu hari datang seorang wanita Eropa berpakaian putih dan langsung menuju pada Annelies yang terbaring lemah.
Nyonya  : “Sudah waktunya kita berangkat, Juffrouw. Kita akan naik kapal besar, mengarungi berbagai lautan, Selat Gibraltar, serta mendarat di Nederland yang indah. Juffrouw akan diasuh oleh abang Maurits yang seorang insinyur kenamaan…”
Annelies: “Ma, aku lebih suka pada ombak dan laut daripada kapal dan Nederland.”
Nyai       : “Tentu, Ann, semua yang kausukai ada di sini.”
Nyonya  : “Di Nederland ada segalanya, Juffrouw, apapun yang kauinginkan ada di sana.”
Annelies: “Mas, aku kan tidak kekurangan apa-apa di sini?”
Minke    : “Tidak Ann, kau berbahagia di sini. Semua yang kauperlukan ada di sini.”
Nyonya  : “Sudah hampir waktunya, Juffrouw.”
Annelies: “Ma, aku takkan kembali lagi ke rumah ini. Beri aku adik yang manis, yang tidak menyusahkan sepertiku.”
Nyai       : “Ann, kami telah berusaha sekuat tenaga kami, Ann… Semua sudah kami lakukan.”
Annelies: “Mas Minke, kita kan pernah berbahagia bersama? Kenanglah kebahagiaan itu, Mas.”
Nyonya  : “Kita sudah terlambat dua menit.”
Annelies: (segera pergi meninggalkan Mama dan Minke, digandeng oleh Nyonya Eropa)
---------------------------------------

Proses drama Bunga Akhir Abad

Ujian mid semester kelas menulis kreatif adalah ujian yang sangat menyenangkan bagi saya. Drama! Yeah, drama. Saya suka sekali drama, dan saya suka menjadi karakter antagonis. Hahahaha! Buhuahahahaha(tawa jahat)! Mungkin kesukaan saya terhadap drama terutama sebagai karakter antagonis ini diturunkan oleh bapak saya. Beliau pada masa mudanya sering tampil dalam drama di desa kami. Bapak antara lain memerankan orang yang akan membanting lampu duduk bila hutangnya tidak dibayar (my father hit the table before it was cool), tokoh maling yang tertusuk pisau, dan orang yang bangkit dari kematian.

Oke, jangan hiraukan bapak saya. Masih ingatkah dengan nama kelompok saya? Kelompok Merlin’s Beard. Anggota kelompok kami pun banyak yang lupa dengan nama kelompoknya. Kami harus mementaskan cerita Tetralogi Buru (Bumi Manusia) yang sudah kami baca kemarin. Seperti yang sudah saya tulis dalam curhatan tentang tetralogi Buru sebelumnya, saya membaca keempat novel itu hampir sebulan, tidak lebih. Hanya Bumi Manusia yang harus saya dapatkan dengan susah payah di Solo, namun saya puas dapat menyelesaikan tugas membaca keempat novel itu dalam waktu yang ditentukan. Novel yang harus kami baca ini hendaknya diadaptasi menjadi drama untuk ujian mid semester. Kata mbak Astrid, ceritanya boleh bergenre apa saja, mau memasukkan alien atau Annelies dijadikan Sadako di dalamnya juga boleh. -_-
Ketika mbak Astrid dan mbak Abmi memberikan tugas itu, kami dikumpulkan di panggung terbuka dan berkumpul dengan kelompok masing-masing. Ada reporter dari sebuah stasiun TV (TV apa sih itu?) yang merekam kuliah kami hari itu dan menanyakan bagaimana kuliah menulis kreatif ini, bagaimana mbak Astrid di mata kami. Uwooo… oke, abaikan dulu para reporter itu. Berbagai macam ide muncul pada musyawarah pertama itu. Saya sudah begitu bersemangat untuk mengajukan ide tentang Prinses van Kasiruta yang menembak gerombolan Robert Suurhof, namun rupanya ide itu tidak bisa masuk dalam skrip. Terlalu panjang jika harus menjelaskan tentang Prinses. Dari teman yang lain muncul pula ide tentang kisah cinta Minke dan Annelies, namun karena saya tidak suka Annelies saya tidak setuju. Tepong muncul pada pertengahan kuliah dan mengusulkan cerita flashback tentang pemecatan Minke dari HBS setelah pernikahan Annelies. Kuliah pun diakhiri tanpa kepastian tentang cerita yang akan dipentaskan. Janji latihan pun tinggal janji, minggu berikutnya kami masih sibuk dengan ujian mid yang menyiksa sehingga kami belum sempat mengerjakan drama itu padahal minggu lusa kami sudah harus tampil.
Kami baru mulai serius menulis skrip drama yang akan dipakai sungguhan 3 hari sebelum pementasan. Kecuali Rades dan Bodong, anggota lainnya lumayan berperan dalam pembuatan naskah. Tapi tidak apa-apa, mereka berdua yang notabene tidak membaca novel diberi peran yang lumayan banyak. Itu sudah kami anggap adil. Hahaha. Setelah bahas sana bahas sini, dipakailah cerita tentang asmara Minke dan Annelies, dari pertemuan mereka di Boerderij Buitenzorg, pernikahan mereka, flashback kedatangan Maurits Mellema hingga akibatnya yaitu Annelies harus dibawa ke Belanda. Berikut adalah daftar pemeran dalam drama singkat ini, ada yang merangkap menjadi 2 karakter.
·         Minke diperankan oleh Adib (biasa dipanggil Bodong).
·         Annelies diperankan oleh Danik.
·         Nyai Ontosoroh diperankan oleh mbak Sita (kakak kelas, angkatan 2007).
·         Robert Suurhof dan Herman Mellema diperankan oleh Rades (tak apalah, bapak anak).
·         Robert Mellema diperankan oleh Tepong (dafuq did I just type?!) dan juga beberapa menit sebagai Darsam tanpa dialog (cuma pamer parang).
·         Narator/suara hati Minke disuarakan oleh Tepong.
·         Bundanya Minke dan Nyonya Eropa yang menjemput Annelies diperankan oleh Ayu.
·         Ir. Maurits Mellema (antagonis merangkap wardrobe dan operator backsound) diperankan oleh saya.
·         Undangan manten Minke dan Annelies diperankan oleh teman-teman kelompok lain. Obok (Probo) memang so gay, dia mencium Bodong saat adegan salam-salaman. Fffuuu DX
Saya tentu saja paling semangat dengan urusan kostum. Hahaha! Kostum gothic lolita saya bisa dipakai untuk Annelies (yah, walaupun saya kurang menyukai karakter itu, tapi karena Dani yang memerankannya oke-oke saja). Kebetulan saya juga punya baju safari yang dibuat oleh bapak saya dulu. Hampir semua kostum yang diperlukan bisa saya usahakan tanpa mengeluarkan biaya. Teman-teman lainnya memakai pakaian mereka sendiri sebagai kostum. Untaian bunga melati untuk kalung Minke saat di pelaminan pun dibuat Ayu dari sobekan kertas. -_-
Pembuatan naskah drama merupakan hal yang gampang-gampang susah dilakukan. Kalau ditulis tangan kelihatannya sudah banyak, ternyata kalau diketik masih sangat sedikit dan garing. Maka dua hari sebelum pementasan kami memperbaiki naskah tersebut hingga benar-benar pas dan tidak terlalu garing. Saya menambahi sedikit adegan 2 dan menulis untuk adegan 3, adegan saat saya naik panggung dan mencaci maki orang. :p (Naskah yang saya kerjakan bisa dilihat pada post selanjutnya. :3) Karena Tepong muncul sangat sebentar dan hanya membaca narasi serta epilog, saya mengusulkan pada Danik untuk menukar peran Tepong dan Bodong pada adegan pertama, Tepong menjadi Minke dan Bodong menjadi Robert Mellema, namun Danik berkeberatan karena pasti Bodong akan bingung (oke, saya tak berpikir sejauh itu namun langsung setuju tentang Bodong -_-).
Celakanya, pada awal latihan yang dilaksanakan sehari sebelum pementasan, 2 orang yaitu Bodong dan Tepong berhalangan hadir. Saya, Danik, Ayu, Rades, dan mbak Sita latihan hanya berlima dan saya merasa cemas dengan tidak munculnya kedua orang tersebut. Bodong tidak muncul pagi harinya, baru muncul pada pukul 11.00 dan langsung berkata bahwa dia hanya bisa latihan sampai jam 4 (mulai latihan direncanakan pukul 3 setelah Minke muncul). Alhamdulillah kuliah jam 1 diakhiri pukul 13.45 sehingga kami bisa langsung latihan meskipun Tepong belum muncul. :’) Kemudian sekitar pukul 14.30 Tepong akhirnya muncuuuuul… Yeeeay \(ToT)/
Kelompok kami pun lengkap dan kami latihan dengan gembira (ya iyalah gembira, si Bodong aktingnya terlalu konyol). Setelah diusir dari kelas B107 oleh bapak-bapak juru kunci, kami pindah ke panggung terbuka dan mengulang latihan dari awal. Kami juga memutuskan untuk membawa teks ketika pentas besok, daripada akting kami menjadi canggung di atas panggung nanti. Sungguh, saya bersemangat sekali mengurus drama ini. :’) Hanya 1 yang disayangkan, Tepong tidak mempunyai kostum orang Madura sebagai Darsam.
Hari H drama, tanggal 25 April pagi, saya membawa banyak kostum cadangan yaitu kebaya putih dan baju safari pendek abu-abu untuk Tepong sebagai Robert Mellema. Hal yang mengkhawatirkan terjadi. Danik SMS, minta dibawakan rok putih untuk Ayu. Wah, padahal kemarin Ayu bilang akan membawa rok sendiri. Kesulitan itu teratasi ketika kami sudah berkumpul dan Ayu ternyata membawa roknya sendiri yang sempat ketlingsut di dalam kotak. Seperti kemarin, kami pun menunggu Bodong dan Tepong datang belakangan. Kami ribut saling menyuruh Bodong segera berangkat karena kemarin dia mengatakan akan begadang nonton Liga Champion jadi minta dibangunkan keesokan paginya.
Setelah anggota kami lengkap, kami berlatih 1 kali di selatan laboratorium komputer sebelum tampil termasuk memilih dan menentukan backsound. Backsound yang kami gunakan yaitu:
·         Loving You, instrumental romantis untuk adegan Minke dan Annelies berjalan-jalan.

·         Degung Instrumental Bali Wakarete mo Sukina Hito untuk adegan resepsi.
·         The 6 Station, instrumental galau untuk kegalauan Nyai dan Minke tentang keputusan pengadilan.
·         Psycho, musik instrumental sedih untuk adegan kepergian Annelies.
Kemudian kami turun ke Panggung Terbuka FIB, bersiap-siap tampil, dan menata posisi di panggung. Tepong membawa parang sungguhan, lho… >o< Terjadi delay sejam karena sempat juga kami menunggu Bodong yang kabur ke toilet lama sekali sebelum drama, tampaknya karena gugup (sungguh manusia yang merepotkan…). Drama pun dimulai. Judulnya Bunga Akhir Abad, baru tercetus semenit sebelum kami tampil.
Dalam proses akting ternyata Danik tidak mau ganti dengan baju gothic lolita sebagai baju pengantin. Mbak Sita juga ternyata memakai celana panjang, bukan kain jarik. Ternyata para pemeran wanita lumayan ribet jika harus ganti-ganti kostum. Wah… :’( Sebenarnya tidak apa-apa, kelompok sebelahpun hanya memakai pakaian sehari-hari. :D Selain itu semuanya baik-baik saja menurut saya, kostumnya sudah pas. Saya sendiri, yang tampil tidak sampai lima menit, malah berkostum lengkap. Over all drama berjalan lancar, penonton heboh melihat kelucuan Bodong, akting kami pun lumayan, hanya kelebihan beberapa menit untuk mengurus tetek bengek macam pergantian karakter dan penataan posisi. Suara teman-teman sepertinya terlalu pelan ketika berakting atau hanya karena saya berteriak-teriak di atas panggung? Menurut saya, drama kami akan lebih sempurna kalau kami menghapalkan dialog, tapi saya sudah cukup puas secara keseluruhan.
Selepas drama selesai saya tiba-tiba merasa sangat tidak enak hati, lapar dan haus (karena sedang nyaur hutang puasa dan drama dilakukan di bawah kanopi yang panas), dan pusing. Aaaah, mungkin hanya karena pergantian kostum tidak bisa dilakukan. Tidak apa-apa. Sampai di rumah saya masih tidak enak hati namun segera tidur untuk melupakan kelelahan saya, seperti Suurhof melupakan cintanya yang tak sampai kepada Annelies (cieee cieee).
Oke, di akhir review, seperti dalam pelajaran sekolah, nilai-nilai yang bisa saya petik adalah drama ini menyatukan anggota kelompok yang awalnya terikat gengsi masing-masing. Kami bekerjasama mengerjakan naskah, saling mengoreksi, memberi saran, dan melakukan yang terbaik bagi drama kelompok kami. Saya akui saya menjadi lebih dekat dengan teman-teman yang awalnya kurang komunikatif. :D Alhamdulillah mbak Sita sangat rajin latihan dan sangat berperan besar bagi pembuatan naskah kami. Yah, stereotipe kakak kelas yang tidak mau bekerjasama tidak berlaku bagi mbak Sita. Thank you so much, mbak! :D Hal yang perlu dikoreksi hanyalah kehadiran Tepong dan Bodong dalam kelompok, semoga kalau ada kerja kelompok lagi mereka lebih bisa diandalkan. -_-
Jujur saja, karena saya sangat menyukai drama, saya ingin tampil dalam drama lagi. Belum puas dengan penampilan saya yang sedikit ituuuu. :’( Semoga saja usul mbak Astrid bagi kelas untuk membuat drama Tetralogi Buru bisa direalisasikan. :’(
Pokoknya drama kami ini membuat penonton senang, mbak-mbak dosen senang, aktor senang, semua senang. Yeeeey :D

Stereotypes

I bold all that apply to me.

I’m SKINNY, so I MUST be anorexic.
I’m EMO, so I MUST cut my wrist.
I’m a NEGRO, so I MUST carry a gun.
I’m BLONDE, so I MUST be a ditz.
I’m JAMAICAN, so I MUST smoke weed.
I’m HAITIAN, so I MUST eat cat.
I’m ASIAN, so I MUST be sexy.
I’m JEWISH, so I MUST be greedy.
I’m GAY, so I MUST have AIDS.
I’m a LESBIAN, so I MUST have a sex-tape.
I’m ARAB, so I MUST be a terrorist.
I SPEAK MY MIND, so I MUST be a bitch.
I’m a CHRISTIAN, so I MUST think gaypeople should go to hell.
I’m a GAY RIGHTS SUPPORTER, so I WILL go to hell.
I’m RELIGIOUS, so I MUST shove my beliefs down your throat.
I’m ATHEIS, so I MUST hate the world.
I DON’T HAVE A RELIGION, so I MUST be evil and have no morals.
I’m REPUBLICAN, so I MUST not care about poor people.
I’m DEMOCRAT, so I MUST not believe in being responsible.
I’m LIBERAL, so I MUST be gay.
I live in the SOUTH, so I MUST be white trash.
I TAKE (or used to take) ANTI-DEPRESSANTS, so I MUST be crazy.
I’m a GUY, so I MUST only want to get into your pants.
I’m IRISH, so I MUST have a bad drinking problem.
I’m INDIAN, so I MUST own a convenient store.
I’m NATIVE AMERICAN, so I MUST dance around a fire screaming like a savage.
I’m a CHEERLEADER, so I MUST be a whore.
I’m a DANCER, so I MUST be stupid, stuck up, and a whore.
I wear SKIRTS a lot, so I MUST be a slut.
I’m a PUNK, so I MUST do drugs.
I’m RICH, so I MUST be a conceited snob.
I WEAR BLACK, so I MUST be a goth or emo.
I’m a WHITE GIRL, so I MUST be a nagging, steal-your-money kind of girlfriend.
I’m CUBAN, so I MUST spend my spare time rolling cigars.
I’m NOT A VIRGIN, so I MUST be easy.
I FELL IN LOVE WITH A MARRIED MAN, so I MUST be a home-wrecking whore.
I’m a TEENAGE MOM, so I MUST be an irresponsible slut.
I’m POLISH, so I MUST wear my socks with my sandals.
I’m ITALIAN, so I MUST have a “big one”.
I’m EGYPTIAN, so I MUST be a terrorist.
I’m PRETTY, so I MUST not be a virgin.
I HAVE STRAIGHT A’S, so I MUST have no social life.
I DYE MY HAIR CRAZY COLORS, so I MUST be looking for attention.
I DRESS IN UNUSUAL WAYS, so I MUST be looking for attention.
I’m INTO THEATRE and ART, so I MUST be a homosexual.
I’m a VEGETARIAN, so I MUST be a crazy political activist.
I HAVE A BUNCH OF GUY FRIENDS, so I MUST be fucking them all.
I HAVE A BUNCH OF GIRLS WHO ARE FRIENDS, so I MUST be a player.
I have BIG BOOBS, so I MUST be a hoe.
I’m COLOMBIAN, so I MUST be a drug dealer.
I WEAR WHAT I WANT, so I MUST be a poser.
I’m RUSSIAN, so I MUST be a Nazi.
I hang out with GAYS, so I MUST be GAY TOO.
I’m BRAZILIAN, so I MUST have a BIG BUTT.
I’m PUERTO RICAN, so I MUST look good and be conceited.
I’m SALVADORIAN, so I MUST be in MS 13.
I’m POLISH, so I MUST be greedy.
I’m HAWAIIAN, so I MUST be lazy.
I’m PERUVIAN, so I MUST like llamas.
I’m a STONER, so I MUST be going in the wrong direction.
I’m a VIRGIN, so I MUST be a prude.
I’m STRAIGHT EDGE, so I MUST be violent.
I’m a FEMALE GAMER, so I MUST be ugly… or crazy.
I’m BLACK, so I MUST love fried chicken and kool-aid.
I’m a GIRL who actually EATS LUNCH, so I MUST be fat.
I’m SINGLE, so I MUST be ugly.
I’m a SKATER, so I MUST do weed and steal stuff.
I’m a PUNK, so I MUST only wear black and date only other punks.
I’m ASIAN, so I MUST be a NERD that does homework 24/7.
I’m CATHOLIC, so I MUST hate homosexuals.
I’m MIXED, so I MUST be screwed up.
I’m MUSLIM, so I MUST be a terrorist.
I’m in BAND, so I MUST be a dork.
I’m BLACK, so I MUST believe Jesus wuz a brotha.
I’m MORMON, so I MUST be perfect.
I’m WHITE and have black friends, so I MUST think I’m black.
I’m GOTH, so I MUST worship the devil.
I’m HISPANIC, so I MUST be dirty.
I’M NOT LIKE EVERYONE ELSE, so I MUST be a loser.
I’m OVERWEIGHT, so I MUST have a problem with self control.
I’m PREPPY, so I MUST shun those who don’t wear Abercrombie & Hollister.
I’m on a DANCE TEAM, so I MUST be stupid, stuck up, and a whore.
I’m YOUNG, so I MUST be naïve.
I’m MEXICAN, so I MUST have hopped the border.
I’m BLACK, so I MUST love watermelon or fried chicken.
I’m BI, so I MUST think every person I see is hot.
I’m an ASIAN GUY, so I MUST have a “small one”.
I’m a GUY CHEERLEADER, so I MUST be gay.
I’m a PREP, so I MUST be rich.
I DON’T LIKE THE SUN, so I MUST be an albino.
I HAVE A LOT OF FRIENDS, so I MUST love to drink and party.
I’M A GUY THAT WEAR TIGHT PANTS, so I MUST be emo.
I COULDN’T HURT A FLY, so I MUST be a pussy.
I HANG OUT WITH DRINKERS AND SMOKERS, so I MUST drink and smoke too.
I HAVE ARTISTIC TALENT, so I MUST think little of those who don’t.
I DON’T LIKE to be in a BIG GROUP, so I MUST be anti-social.
I HAVE A DIFFERENT SENSE OF HUMOR, so I MUST be crazy.
I TELL PEOPLE OFF, so I MUST be an over controlling bitch.
My hair gets GREASY a lot, so I MUST have no hygiene skills.
I’m DEFENSIVE, so I MUST be over controlling and a bitch.
I’m a NUDIST, so I MUST want everyone to see my boobs.
I READ COMICS, so I MUST be a loser.
I HANG OUT WITH A FORMER PROSTITUTE, so I MUST be a whore myself.
I’m TEXAN, so I MUST ride a horse.
I’m a GOTH, so I MUST be a satanist.
I’m a CROSSDRESSER, so I MUST be homosexual.
I’m INTELLIGENT, so I MUST be weak.
I’m AMERICAN, so I MUST be obese, loud-mouthed, and arrogant.
I’m WELSH, so I MUST love sheep.
I’m a YOUNG WRITER, so I MUST be emo.
I’m CANADIAN, so I MUST talk with a funny accent.
I’m a GUY, so I MUST ditch my pregnant girlfriend.
I’m CANADIAN, so I MUST love hockey and beavers.
I’m DISABLED, so I MUST be on Welfare.
I’ a FEMINIST, so I MUST have a problem with sexuality and I want to castrate every man on the earth.
I’m a TEENAGER, so I MUST have a stereotype.
I WEAR A BIG SUNHAT when I go outside, so I MUST be stupid.
I like BLOOD, so I MUST be a vampire.
I’m an ALBINO, so I MUST be an evil person with mental abilities and is a murderer.
I’m ENGLISH, so I MUST speak with either a cockney or posh accent, love tea and cricket, and have bad teeth.
I’m WHITE, so I MUST be responsible for everything going wrong on the planet: past, present, and future.
I DON’T LIKE YAOI OR YURI, so I MUST be a homophobe.
I’M NOT in the most POPULAR person in school, so I MUST be a loser.
I CARE ABOUT ENVIRONMENT, so I MUST be a tree hugging hippie.
I HAVE A FAN CHARACTER, so I MUST be an annoying Mary-sue.
I CHAT, so I MUST be having cyber sex.
I’m PAGAN, so I MUST sacrifice babies and drink the blood of virgins.
I’m PAGAN, so I MUST worship satan.
I’m CONSERVATIVE, so I MUST be against abortion.
I’m SWEDISH, so I MUST be a tall blond blue-eyed lesbian.
I’m a LESBIAN, so I MUST want to get with every single girl that I see.
I like CARTOONS, so I MUST be irresponsible.
I like READING, so I must be a loner.
I have my own spiritual ideology, therefore I MUST be wrong or misguided.
I’m WICCAN, so I MUST be a satanist.
I DISAGREE with my GOVERNMENT, so I MUST be a terrorist.
I’m a WITCH, so I MUST be an old hag and fly on a broomstick.
I LOVE YAOI, so I MUST be gay.
I DON’T CURSE, so I MUST be an outcast.
I like GAMES, ANIME, and MANGA, so I MUST be childish.
I’m SWEDISH, therefore I MUST be white.
I SPOT GRAMMATICAL ERRORS, so I MUST be a pedantic bastard.
I’m GOTHIC, so I MUST be mean.
I’m STRONG, so I MUST be stupid.
I’m AUSTRALIAN, so I MUST hunt crocodiles and talk to kangaroos.
I write LEMONS, so I MUST be a twisted pervert.
I wear GLASSES, so I MUST be a dork or nerd.
I’m a FEMALE BLACK BELT, so I MUST take steroids.
I can’t SPELL, so I MUST be retarded.
I like to be WEIRD, so I MUST be smoking weed.
I’m BELIEBER, so I MUST be crazy, little, and obsessed kid.
I’m a PERSON so I MUST be labeled.
I’m HUMAN, so I MUST be judged.
Category: 0 comments

WIFI KAMPUS, Y U NO CONNECT?!

Ketika mempost tulisan ini, saya sedang berada di kampus tercinta FIB dan sedang bersusah payah mencari sinyal wifi dari kampus tetangga, FEB. Sudah beberapa minggu ini wifi UGM-Hotspot tidak bisa diakses dari laptop saya. Pada hari pertama wifi tidak bisa diakses saya pikir, ah, paling cuma kenapa sih. Hari berikutnya, ternyata tidak bisa lagi. Wah, mungkin laptop saya yang kurang beres, nih. Tapi ternyata teman saya yang memakai iPhone pun tidak bisa mengakses wifi UGM. Notif “additional log on” yang biasanya muncul ketika saya mengakses wifi UGM di pojok kiri bawah laptop pun tidak ada. Sinyalnya memang penuh, tapi ada gambar tanda seru di dalam segitiga kuning dan tampaknya itu menandakan saya tidak bisa mengaksesnya. Saya hanya bisa mengakses sampai login page UGM-Hotspot, mengisi username dan password, login, lalu muncul pemberitahuan bahwa ada error (atau sejenis itu) dari sononya. Intinya, TIDAK BISA DIAKSES.
Pindah tempat… (/=3=)/
Ruang multimedia lumayan baik hati kepada mahasiswa, wifi-nya bisa untuk mengakses facebook dan twitter. :P Namun ruang multimedia yang biasanya bisa kami akses wifi-nya, ternyata ikut-ikutan tidak bisa. Additional log on tidak muncul, segitiga kuning bertanda seru tetap menghiasi sinyal yang penuh itu. Reload, reload, reload, tidak bisa juga. Bahkan masuk ke login page hotspot saja tidak bisa. Saya mulai bertanya-tanya apakah memang laptop saya yang bermasalah, tapi iPhone teman saya juga tetap tidak bisa mengaksesnya.
Ketika sholat di musholla Al-Adab FIB, tiba-tiba Puka, teman saya yang menggunakan iPhone itu, heboh. Katanya wifi UGM (tiba-tiba) bisa diakses (tapi dengan sangat bersusah payah, kata Puka). Saya pun ikutan heboh. Tapi tentunya kami tidak bisa ngendon terus wifi-an di musholla karena harus segera kuliah dan kami bukan mbak-mbak mahasiswi yang suka nongkrong di musholla, menghabiskan tempat yang seharusnya dipakai sholat dan membuat antrian sholat menjadi semakin panjang (ehem). Sungguh, ini hal yang sangat menyebalkan di musholla. Glundung-glundung di musholla boleh-boleh saja mbak, tapi tolong dong, jangan di atas karpet sajadah (semoga ada mbak-mbak yang suka glundung-glundung di musholla yang membaca ini).
Oh iya, lanjut, saya dan Puka pun ke kelas kami di gedung B, ruangan B107. Saya baru ingat bahwa dari kelas itu saya juga bisa mengakses wifi UGM. Tapi itu beberapa minggu yang lalu, kan saya tidak bisa internetan di tengah-tengah kuliah. Maka sebelum kuliah saya pun mencoba mengakses UGM-Hotspot dan FIB-Hotspot (yang kedua ini saya perhatikan hanya muncul ketika saya berada di kelas ini) dan… bisa! Notif additional log on muncul dan segitiga kuning itu pergi. Walaupun sinyalnya tidak penuh, tapi bisa diakses. What the heck… =___=
Beberapa minggu yang lalu, sebelum saya mengalami kesulitan dengan wifi ini, saya bisa lancar jaya internetan di kampus. Hitung-hitung penghematan, tidak perlu membeli pulsa modem. Eh tiba-tiba datanglah musibah ini. Kemudian saya teringat juga, di perpustakaan ada laboratorium komputer tempat saya internetan dahulu kala… saya pun ke sana daripada hanya menunggu kuliah di kelas B107. Laptop memang harus dibawa masuk perpus, tapi saya matikan di lab, menghemat baterai dan pasti bisa internetan dengan komputer. Tampak dua orang mahasiswa dan mahasiswi sedang mengetik tugas di komputer perpustakaan. Saya klik Mozilla Firefox di salah satu komputer dan tadaaa, tidak bisa connect. Reload, reload, reload, tidak bisa juga. Pindah ke komputer lain pun tetap tidak connect. Keluhan saya menjadi semakin panjang rasanya. Akhirnya saya buka laptop saya dan melihat (dengan tidak terlalu antusias) sinyal wifi yang dapat dijangkau. UGM Hotspot berhias segitiga kuning sialan itu.
Tiba-tiba muncul notif additional log on di kiri bawah…
Langsung saya klik dengan bersemangat.
You know what, yang mengizinkan saya log on adalah sinyal wifi dari Pertamina Tower FEB, fakultas sebelah…
Kesebalan saya pada FIB semakin memuncak. Begitu juga Puka. Kami selalu bersama-sama, bahkan marah tentang hal yang sama pun bisa bersama-sama. Bahkan Puka lebih jengkel, karena iPhone-nya tidak bisa menjangkau sinyal wifi dari Pertamina Tower. :P walaupun sinyalnya lemah dan sering reload sendiri, sering muncul notif additional log on setelah beberapa menit, tetapi sinyalnya tetap mengizinkan saya mengakses internet. Alhamdulillah :’)
Ketika berada di lab komputer perpus dan mengalami hal ini, tiba-tiba saya teringat kejadian semester lalu, ketika saya sedang mengerjakan tugas kuliah Metode Sejarah di sini bersama Puka. Banyak mahasiswa lain yang sedang mengakses internet dengan komputer perpus. Tak dinyana, Pak Dekan memasuki lab dan mulai melongok-longok apa yang diakses oleh para mahasiswa itu. Saya beruntung karena sedang mengetik kutipan dari buku di laptop saya. Ada seorang mahasiswa yang ditegur karena mojok di komputer sebelah utara (mungkin pak Dekan mengira dia sedang nonton bokep, nyokep, dan sejenisnya). Kemudian pak Dekan keluar dari lab dengan meninggalkan aura kejengkelan dan bisik-bisik dari mahasiswa yang merasa terganggu atas kehadirannya (oke, ini lebay).
Hah?! Mungkinkah karena kejadian itu wifi FIB dan wifi UGM kemudian tidak bisa diakses? Puka sangat menyetujui spekulasi ini dan begitu pula saya. Ehem. Oke, kemarin laptop saya menunjukkan sinyal UGM Hotspot hilang, hanya ada tanda silang merah yang menyakitkan hati di sana, dengan notif bahwa adapter saya yang bermasalah. Tapi handphone Puka juga tidak bisa, tuh? Berarti wifinya dong yang bermasalah?
Maaan, tidak bisa mengakses facebook dan Youtube saja sudah cukup untuk saya. Saya tidak butuh mengakses mereka lagi. Saya bisa hidup tanpa facebook. Tapi kan tidak bisa kemudian semua akses internet ditutup begitu saja? Kalau memang tidak bisa diakses, kenapa di musholla dan di B107 bisa? Itu kan PHP namanya? Jadi bisakah masalah ini diatasi dengan Watu Masalah Kuliahnya Bayu Skak yang berteknologi tinggi? (going crazy)




Category: 0 comments

Kisah Marji dari Teheran: Review Film Animasi Persepolis


Kelas Menulis Kreatif kemarin adalah menonton film animasi Perancis berjudul Persepolis. Saat melihat judulnya, saya langsung tertarik. Saya cenderung suka sebuah judul yang tidak panjang.
Adegan dibuka dengan animasi sederhana yang memunculkan figur seorang wanita muda mengenakan jilbab yang sedang berada di bandara. Sebentar kemudian, animasi itu menyoroti masa lampau seorang gadis kecil dan serta merta warna-warni itu menghilang. Animasi hitam putih. Ya, saya sudah sering melihatnya dalam anime yang menggambarkan masa lalu dengan warna yang lebih suram, kadang berwarna sepia. Flashback dalam Persepolis terasa suram dan agak menakutkan, mirip dengan game horor Limbo.
Adegan hitam putih yang ternyata berlangsung lama itu menceritakan masa kecil wanita di bandara yang bernama Marjane Satrapi atau biasa dipanggil Marji, di Teheran, Iran. Cerita saat itu berkisar di seputar kehidupan keluarga Marji yang menganut paham komunis. Oke, sampai di sini saya kurang mengerti film itu, karena ternyata animasi sederhana itu mengangkat tema yang cukup berat. Kita lompati saja bagian ini menuju bagian yang saya mengerti. :P
Di Teheran, wanita yang berada di luar rumah diharuskan memakai jilbab, meskipun mereka tidak beragama Islam. Mbak Astrid sudah menjelaskan di kelas bahwa agama asli Iran adalah Zoroaster atau penyembah api. Sebagian besar orang termasuk Marji mengenakan jilbab dengan sebagian poni terlihat, dan dalam film itu diperlihatkan bagaimana guru-guru sekolahnya memprotes kesenangan Marji terhadap musik punk, sneakers yang dipakainya, dan mengharuskan Marji menutupkan jilbab ke poninya.
Ketika terjadi kerusuhan yang melibatkan kaum komunis, orangtua Marji memindahkan Marji ke Wina, Austria untuk tinggal bersama teman ibunya. Usaha tempat tinggal itu ternyata tidak berhasil dilaksanakan sehingga mulai timbul banyak masalah pada Marji. Marji tumbuh besar di Austria, hingga kemudian dia merasa terlantar di negara tersebut dan memutuskan untuk kembali ke Teheran.
Animasi ini menarik bagi saya pada aspek penggunaan warnanya. Hitam putih yang ditampilkan sama sekali tidak membuat saya bosan karena ceritanya membuat saya terhanyut dan melupakan warna-warna yang sebentar tadi ditampilkan di awal film. Aspek yang saya sukai dari film ini adalah animasinya (saya suka animasi) dan bahasa Perancis yang menurut saya adalah bahasa tersekseh :P namun ceritanya yang tentang politik tidak terlalu saya sukai.

Review (baca: curhatan) tentang Tetralogi Buru


Jujur saja, ketika pertama kali membaca bagian kedua tetralogi Buru saya dibuat agak terkejut dengan gaya penceritaan dan istilah-istilah lama. Dan lembar demi lembar, jujur saja saya kurang menyukai tokoh utama, Minke, pada sifatnya yang hanya menyukai perempuan cantik. Yah, semua bisa bilang “itu tandanya laki-laki normal”, tapi karena saya bukan orang yang cantik, maka saya tidak setuju.
Cukup curhatnya.
Tetralogi Buru. Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Hmmm. Jauh lebih hebat daripada Tetralogi Laskar Pelangi pastinya karena seperti mbak Astrid bilang, keempat buku ini telah melewati perjalanan yang sangat berat untuk bisa berada di tangan saya sekarang. Saya membaca mulai buku kedua hingga keempat, baru yang pertama. Bumi Manusia saya cari dengan sangat bersusah payah karena di seluruh pelosok Jogja telah habis (tinggal versi ilegal di shopping centre :P), dan berhasil mendapatkannya di Gramedia Pusat Solo.
Saya tidak menyesal membaca buku tebal-tebal ini, terutama karena setting waktunya adalah zaman dulu, transisi abad 18 ke abad 19. Menakjubkan membayangkan masyarakat Jawa saat itu masih banyak yang belum bisa baca tulis dan masih merasa takjub melihat sepeda untuk pertama kalinya (termasuk Minke). Saya suka keadaan pada zaman itu, saat teknologi belum membuat orang menjadi individualis. Bagian yang paling saya sukai adalah kisah Surati, anak Sastro Kassier, yang diminta menjadi gundik Administratur pabrik gula Tulangan, Vlekkenbaaij atau Plikemboh. Sangat terasa suasana pedesaan Jawa pada zaman kolonial.
Tokoh yang saya sukai adalah Nyai Ontosoroh karena dia adalah tipe wanita perkasa seperti ibu saya. :D Dengan sangat piawai dia membangun kerajaan bisnisnya dan dengan sangat berani pula mengusir Tuan Herman Mellema ketika datang dan memaki-maki kepribumian Minke. Selain Nyai Ontosoroh, saya juga menyukai karakter Prinses van Kasiruta yang gagah berani melindungi Minke menghadapi gerombolan Robert Suurhof. Mereka berdua adalah contoh dua wanita perkasa. Dan satu lagi yang saya sukai meskipun karena kekurangajarannya adalah tokoh Sarimin, yang memeras Pangemanann dengan sangat liciknya.
Kebosanan? Ya, jelas ada bagian yang membosankan, yaitu saat buku mulai menceritakan keadaan negara, tentang politik, dan kutipan surat yang panjang-panjang. Bagian-bagian itu membuat cerita berhenti di tempat, menjadi pasif, menjadi berputar-putar. Membuat ceritanya menjadi tidak mengalir. Kadar kebosanan yang terdapat dalam buku ini meningkat dari buku pertama hingga keempat. Rumah Kaca terlalu membosankan bagi saya karena banyak pembicaraan tentang Hindia.
Sedangkan itu, tokoh yang tidak saya sukai adalah Annelies Mellema. Bagaimanapun alasan gadis itu menjadi manja, entah karena tidak pernah bergaul atau karena masa kecilnya kurang bahagia, saya tidak mentolerir. Saya tetap tidak suka pada Annelies. Lihat saja pada buku pertama ketika dia memaksa Minke mendongenginya sebelum tidur. Dan kecantikannya yang digambarkan seperti bidadari itu, uh, membuat Minke bertekuk lutut. Itu bukan percintaan yang tulus menurutku, karena hanya menyukai penampilan saja. Annelies sama sekali tidak dewasa. Dan sifat kekanak-kanakannya itu yang menyebalkan. Coba saja bandingkan dengan Prinses van Kasiruta yang bisa menembak gerombolan Robert Suurhof. Saya senang Annelies mati.
Lagi-lagi curhat. =_=
Over all, saya menyukai tetralogi ini, karena kadang-kadang alur ceritanya melompat dan menampilkan suatu kejadian yang mengejutkan.