"Nine Days' Wonder"

I was editing one of lyrics I posted here which I forgot to put a link on it, A Nine Days' Wonder by Akeboshi, *laugh* when I found this article. I didn't know that Nine Days' Wonder was a phrase *bakabakabaka* ><

NINE DAYS WONDER

Meaning
A novelty that loses its appeal after a few days.


Origin
In 1600, William Kemp, an Elizabethan clown actor, who is thought to have been the original Dogberry in Shakespeare's Much Ado About Nothing, 1599, danced a morris dance between London and Norwich. He took up the challenge for a bet and covered the distance of a hundred miles or more in nine days (spread over a few weeks). Some doubted that he had achieved this and, to quell dissent, he wrote 'Kemps nine daies vvonder', published in 1600:
"Wherein euery dayes iourney is pleasantly set downe, to satisfie his friends the truth, against all lying Ballad-makers; what he did, how hee was welcome, and by whome entertained."
There is little doubt that the event did take place. The ample evidence to support it includes the 17th century records of the Norwich Town Council, which lists the payment of his prize money.
So, we have a well-authenticated historical event called 'Kemp's Nine Days' Wonder', dating back to 1600. That might be thought to be enough to establish Kemp as the source of the phrase.
Actually, he wasn't. The phrase dates from well before the 17th century. As well as the date, there's the meaning of the phrase, which isn't 'something wonderful that took nine days to achieve', but 'something which becomes boring after nine days'.
The earliest citation, in Old English, is in the 'Harley Lyrics', circa 1325. The earliest record in print that most people today would be able to decipher is in 'Poems written in English during his captivity in England, after the battle of Agincourt' by Charles, Duke of Orleans, 1465:
"For this a wondir last but dayes nyne, An oold proverbe is seid."
The first record in print of the phrase as we now use it is from Jane Barker's Patch-work Screen for Ladies, 1723:
"The Parents were very well content, only wish'd she had proceeded otherwise, and not made herself the Publick Subject of a Nine Days Wonder."
In more recent years, more than one rock band has adopted the phrase as a self-deprecatory name. That's more likely as an allusion to another phrase with a related meaning - one hit wonder, than it is a homage to the dancing Kemp. Some of them have lasted several years.

taken from http://www.phrases.org.uk/meanings/nine-days-wonder.html
Category: 0 comments

Nothing In My Way - Keane

A turning tide
Lovers at a great divide
why d'you laugh
When I know that you hurt inside?

And why d'you say
It's just another day, nothing in my way
I don't wanna go, I don't wanna stay
So there's nothing left to say?
And why d'you lie
When you wanna die, when you hurt inside
Don't know what you lie for anyway
Now there's nothing left to say

A tell-tale sign
You don't know where to draw the line

And why d'you say
It's just another day, nothing in my way
I don't wanna go, I don't wanna stay
So there's nothing left to say
And why d'you lie
When you wanna die, when you hurt inside
Don't know what you lie for anyway
Now there's nothing left to say

Well for a lonely soul, you're having such a nice time
For a lonely soul, you're having such a nice time
For a lonely soul, it seems to me that you're having such a nice time
You're having such a nice time

For a lonely soul, you're having such a nice time
For a lonely soul, it seems to me that you're having such a nice time
You're having such a nice time 
Category: 0 comments

Butterfly Effect

waktu itu iseng-iseng buka unic77.blogspot.com waktu ada posting soal Butterfly Effect. Filmnya Ashton Kutcher yang berjudul sama lumayan keren menurut saya, walaupun agak membingungkan :D lalu saya baca artikel itu, awalnya karena ada gambar garis-garis lengkung mirip kupu-kupu yang biasa ditemui di buku-buku fisika, saya kira butterfly effect akan berisi angka-angka dan penjelasan bagaimana kepakan sayap kupu-kupu dapat menimbulkan tornado *anak lugu yang menerima sebuah teori begitu saja*..
tapi ternyata tidak, saya salah... ternyata artikel itu berisi teori tentang kehidupan dan segala yang membuat saya tertarik. ini sedikit tentang butterfly effect yang berhasil saya dapatkan setelah browsing.

teori chaos (yang kemudian Edward Norton Lorenz juga menyebutnya sebagai Butterfly Effect Theory), yang secara umum dapat digariskan dengan bahwa “satu kepakan sayap kupu-kupu di langit Indonesia bisa mengakibatkan badai Tornado di belahan dunia yang lain…”. Apa maksud dari bunyi teori tersebut?
Satu frase dasar yang dapat mengilustrasikannya ialah bahwa satu peristiwa kecil saja yang terjadi di masa yang lalu akan mampu memberikan perubahan yang begitu besar pada kehidupan kita saat ini.[rizquilibrium.blogspot.com]

The butterfly effect is a metaphor that encapsulates the concept of sensitive dependence on initial conditions in chaos theory; namely that small differences in the initial condition of a dynamical system may produce large variations in the long term behavior of the system. Although this may appear to be an esoteric and unusual behavior, it is exhibited by very simple systems: for example, a ball placed at the crest of a hill might roll into any of several valleys depending on slight differences in initial position. The butterfly effect is a common trope in fiction when presenting scenarios involving time travel and with "what if" scenarios where one storyline diverges at the moment of a seemingly minor event resulting in two significantly different outcomes. [wikipedia]



nah, benar-benar menarik! sekecil apapun hal yang kita lakukan ternyata bisa berakibat besar suatu hari nanti... saya jadi mulai berpikir, jika saya iseng-iseng meninggalkan sebuah pulpen di kursi tunggu rumah sakit, apa yang akan terjadi pada pulpen itu dua bulan kemudian? mungkin saja ribuan narapidana terbunuh secara misterius karena seseorang mengambil pulpen itu dan menggunakannya untuk menulis dalam Death Note... who knows? :D
kembali tentang film Butterfly Effect-nya Ashton Kutcher yang selalu diputar malem-malem karena ratingnya dewasa, diceritakan bahwa Evan (Ashton) yang mengalami trauma saat kecil dan remaja, menulis jurnal yang dibukanya kembali saat dewasa dan mengantarkan kembali ke masa lalunya. di masa lalunya itu dia memperbaiki hal-hal yang dipikirnya salah, tetapi perubahan kecil yang dilakukannya di masa lalu ternyata berakibat sangat besar pada masa kininya. ada bagian di mana kaki tangan Evan buntung dan aku tidak tahu bagaimana mulanya... T.T *merinding*
well, setelah membaca sedikit teori butterfly effect beserta contoh dan penalarannya, saya pikir saya harus mulai berhati-hati mengepakkan sayap saya.

Category: 0 comments

Haribote Tsumiki - aluto

Tsumiki no you na boku
sore wo tsumu no mo boku
Katachi bakari me wo yari kasaneteku

Kirei ni dekita to homete wa mita kedo
Haribote no tsumiki wa mou sugite

Dokora hen wo naosebayoi
Kuzureru oto ga hibiiteru

Oto fuke, boku, uta,
Kimi no koto wo omoidashi mata tsumi hajimeru
Yoru fuke, hoshi, tsukiakari,
Boku no koto wo tayorinaku tomo terase

Takaku shiyou to shite zuibun senobi wo shita
Soshite jakusha no tsumasaki wa akaku naru

Dokora hen ni tatebayoi
Kamiawanu otto hibiiteru

Kata koto kata koto
Sukima umeru mono ga nai, matayari naosou
Kata yose, toshi, tsuki ima wa,
Kimi no koto wo tayorinaku tomo terashiteru

Tsumiki no you na boku
Sore wo tsumu no wa... kimi

===============================================

yuukica's comment:
YEAH!!!! AKHIRNYA SAYA DAPAT JUGA LIRIK LAGU INI, YEAHAHHAHAHAH!!!
tapi translatenya menyusul ya XD
Category: 0 comments

Resensi buku lagi - Orang dan Bambu Jepang (Ajip Rosidi)

Yosh, hampir berbarengan dengan novel Botchan, saya membeli dua buku lain yang berhubungan dengan Jepang *sekaligus mengosongkan dompet saya yang memang tidak pernah gemuk--dan kecemasan saya tentang sang dompet terbukti beberapa hari selanjutnya*. Yang pertama adalah Misteri Kode Etik Samurai Jepang karangan Boye de Mente. Saya jatuh cinta pada *cover* buku ini ketika membeli Botchan tetapi gak bawa uang lebih :P. Tentang buku ini belum akan saya tulis sekarang, belum selesai saya baca *males*. Yang kedua adalah Orang Dan Bambu Jepang karangan Ajip Rosidi, yang bikin kepincut ketika saya sudah memegang Misteri Kode Etik Samurai Jepang dan ngubek-ubek bagian sosial. Melihat kata 'Jepang' selalu bikin jatuh hati dan selalu jadi setan yang menghabiskan duit saya, maka tanpa perlawanan apa-apa terhadap rasa jatuh cinta yang menghabiskan uang itu, saya membawa pulang kedua buku itu.

Orang dan Bambu Jepang karya Ajip Rosidi, seperti yang tertulis di sampul belakangnya, adalah catatan pak Ajip tentang kehidupan sehari-hari di Jepang ketika beliau mengajar di sana. Pada bagian awal dijelaskan filosofi bambu dengan orang Jepang, tapi saya lupa lagi :P.
Buku ini sederhana dan bahasanya mudah dimengerti *walaupun ada bentuk kalimat-kalimat yang aneh, mungkin karena ini buku lama yang dicetak ulang*, dan menurutku sih enak dibaca. Setiap bab menjelaskan hal yang berbeda tentang kehidupan orang Jepang, ringkas dan padat. Buku ini kusarankan buat para author yang ingin menulis cerita atau fanfic bersetting di Jepang, jangan asal nebak aja *sadar diri* karena di sini dijelaskan betapa berbedanya kualitas manusia Jepang dan kehidupannya dibandingkan orang Indonesia!

Saya paling suka bagian yang menjelaskan pelayanan masyarakat kayak bikin paspor dan KTP. Pak Ajip mengatakan bahwa pelayanan di Jepang sangat cepat, bahkan untuk hitungan membuat paspor. Bahkan ketika masyarakat pendatang semakin memadati Jepang, pelayanan itupun ditingkatkan sehingga waktu bisa dihemat. Nah lo... Indonesia gimana tuh?
Yang keren juga bagian tentang lalu lintas. Percaya nggak percaya, pengendara mobil di Jepang sangat menghargai pejalan kaki. Tahu sebabnya? Kalau sampai terjadi kecelakaan hingga korban meninggal, si pengendara mobil harus mengganti rugi untuk keluarga korban SEBANYAK PENDAPATAN YANG SEHARUSNYA DIDAPATKAN KORBAN ANDAIKAN DIA MASIH HIDUP... Nah lo nah lo... orang Jepang kan terkenal workaholic tuh, gimana kalau korban kecelakannya kerja seumur hidup?

Yah, menurutku buku ini nyaris lengkap, tapi lebih dari itu, buku ini asyik!
Waktu selesai membaca suatu bab, membalik halamannya, dan mendapati tidak ada bab baru, saya kecewa T.T bener, buku ini asyik banget dibaca, apalagi pak Ajip juga membandingkan keadaan Jepang dengan Indonesia.

Well, aku belum dapat gambar covernya, tapi semoga cepet dapat :D

Aku menyarankan buku ini dibaca, oki doki? ^_^b

Superman - Five For Fighting

I can't stand to fly I'm not that naive

I'm just out to find The better part of me

I'm more than a bird...i'm more than a plane
More than some pretty face beside a train
It's not easy to be me

Wish that I could cry Fall upon my knees
Find a way to lie About a home I'll never see

It may sound absurd...but don't be naive
Even heroes have the right to bleed
I may be disturbed...but won't you concede
Even heroes have the right to dream
It's not easy to be me

Up, up and away...away from me
It's all right...you can all sleep sound tonight
I'm not crazy...or anything...

I can't stand to fly I'm not that naive
Men weren't meant to ride
With clouds between their knees

I'm only a man in a silly red sheet
Digging for kryptonite on this one way street
Only a man in a funny red sheet
Looking for special things inside of me

I'm only a man In a funny red sheet
I'm only a man Looking for a dream

I'm only a man In a funny red sheet
And it's not easy, Its not easy to be me
Category: 0 comments

Gomoji no Ito - A Loveless Fanfic

yooooo lama banget gak posting di blog >o<
dan aku kembali dengan label baru, yaitu FANFIC!!! uwahahaha~
gak nyangka aku bisa bikin fanfic juga...
so this is my very first fanfic...
====================================================


What do you hide in your heart, Soubi?
My first fanfic, Loveless fanfic, dengan judul yang diambil dari lagunya aluto.
Rate : T
Genre : Angst/ Romance
Disclaimer : Yun Kouga.


Gomoji no Ito


Soubi teringat akan sentuhan Ritsu-sensei yang terasa memanjakan tubuhnya, dan pada saat yang sama dia teringat ketika Ritsu-sensei melayangkan cambukan yang merobek kulit punggungnya.
Soubi teringat akan pertemuan pertamanya dengan Aoyagi Seimei. Seimei yang masih sangat muda dan manis. Seimei yang lebih pendek darinya, dengan senyum menawan.
“Jadi… kutuliskan namaku di sini?” tanya Seimei pada Soubi, tersenyum manis sambil menyentuh leher Soubi dengan jari-jarinya yang lembut.
Serpihan-serpihan kenangan itu begitu…
“Jangan sentuh aku.”
…menyakitkan.
Aku ingin memakaikan syal padamu. Aku tidak mau kau sakit.
“Aku tidak sudi kausentuh dengan tangan kotormu itu. Pulanglah, tidurlah seorang diri di kamarmu yang kosong.”
“Aku mengambil telingamu agar kau menjadi budakku.”
Aku tidak bisa lagi menangis. Hatiku hancur, tetapi aku tidak bisa menangis.
Soubi menorehkan warna merah ke kanvasnya, namun dia pikir warna itu salah berada di sana. Dicecarnya kembali coretan warna merah itu dengan cat hitam.
“Aku suka melihat rasa kesepian di wajahmu.”
Seimei. Seimei. Seimei. Aku hidup hanya untukmu, my Sacrifice.
Seperti apa dia memperlakukan Ritsuka? Begitu lembutkah? Begitu penuh kasih sayangkah? Ritsuka tampak begitu menyayangi Seimei. Mengapa dia tidak memperlakukanku seperti itu? Aku hidup untuknya, tetapi dia tidak hidup untukku.
Apakah Seimei-ku dan Seimei milik Ritsuka… berbeda?
“Soubi! Jadi kau datang padaku karena Seimei yang menyuruhmu? Kau selalu me-ngatakan kau mencintaiku! Kenapa?! Karena Seimei menyuruhmu?”
Suara Ritsuka bergetar. Aku tahu rasanya. Aku sangat tahu.
“Berhentilah mencintaiku! Aku benci mendengarmu mengatakannya!”
Ritsuka?
“Soubi!”
Berbagai perasaan yang menggedor-gedor hati Soubi sejak tadi, perasaan yang menyakitkan dan membingungkan, seketika tergantikan oleh kekhawatiran saat Soubi mendapati Ritsuka berdiri dengan seluruh tubuhnya basah kuyup di pintu. Payung yang dibawa anak itu sepertinya tidak bisa mengatasi hujan badai di luar.
“Aku memanggilmu sejak tadi!” Ritsuka terlihat jengkel dan mendorong Soubi de-ngan kedua tangannya. Soubi selalu ingin tertawa melihat Ritsuka marah, tetapi kali ini niatnya urung.
“Kau demam,” Soubi menutup pintu di belakang Ritsuka sehingga irama hujan badai di luar sana terpotong dari jangkauan pendengarannya. “Apa yang kaulakukan di tengah hujan begini? Kau bisa menghubungiku jika ada yang kaubutuhkan.”
“Bodoh!” bentak Ritsuka. “Kau tadi bilang di telepon bahwa kau sakit! Makanya aku datang!”
Soubi terdiam. Ritsuka membawa sesuatu dalam kantong plastik, tetapi Soubi tidak ingin tahu apa itu. Dia merasa bersalah karena membohongi Ritsuka. Merasa bersalah karena dia terbawa perasaan dan membuat Ritsuka menembus hujan untuk menemuinya. Selalu saja seperti ini. Soubi merasa selalu dikendalikan melampaui kemampuannya menguasai dirinya sendiri.
Aku selalu membohongi… Ritsuka. Dan diriku sendiri.
“Kau berbohong lagi padaku.”
“Maafkan aku,” bisik Soubi. Dikeringkannya tubuh Ritsuka dengan handuk setelah melepaskan pakaiannya yang basah. Tubuh kecil Ritsuka tampak merah dan agak panas. “Kau demam,” kata Soubi lagi sambil memakaikan pakaian kering pada Ritsuka. Ritsuka tidak merespon, tampak lelah.
“Jadi kau tidak sakit?” tanya Ritsuka.
“Ssstt,” Soubi meletakkan jari telunjuknya pada bibir Ritsuka, lalu membaringkannya di tempat tidurnya.
“Soubi!” Ritsuka memberontak. “Aku tidak—“
“Ya, kau sakit.”
Jika Ritsuka tidak datang, perasaanku takkan sesakit ini.
“Apa yang kaulukis?”
“Abstrak.”
Soubi tidak ingin memandang mata Ritsuka. Memandang mata polos itu membuat hatinya tercabik, seperti ketika dia masih terlalu muda untuk mengetahui bahwa kedua orangtuanya meninggal, bukan hanya tidur seperti pikirannya saat itu.
“Kenapa abstrak? Banyak hal indah yang bisa kaulukis.”
“Ritsuka, sebaiknya kau beristirahat.”
“Jangan mengaturku!”
“Baiklah.”
Keindahan? Itu sebuah hal yang abstrak, seperti kesedihan. Tidak ada yang pernah bisa melukiskan kesedihan, karena kesedihan hanya bisa dirasakan.
“Tanganmu kotor.”
Aku suka rasa sakit saat kauukirkan namamu di leherku. Semua rasa sakit yang kauciptakan pada tubuhku, luka, darah,… semua itu adalah tanda kepemilikanmu atas diriku. Bukankah begitu? Rasa sakit ini… berbeda dari yang dirasakan orang lain.
“Orangtuamu meninggal. Kalau kau tidak mengerti itu, kau bodoh.”
“Diam! Aku tidak mengizinkanmu bicara! Aku tidak akan memaafkanmu.”
“Bangun, Soubi! Cambukan itu bukan apa-apa!”
“Soubi, kau selalu menyembunyikan sesuatu dariku!”
Luka itu bisa kaulukiskan di tubuhku semaumu, tetapi kesedihan itu… Kesedihan itu hanya bisa kurasakan. Jika kau tidak ingin aku mengatakannya, tidak akan kukatakan. Tetapi bagaimanapun kau memerintahkanku untuk melukiskan kesedihan, kau tidak bisa membuat-ku patuh padamu.
Aku tidak bisa merasakan apapun selain kesedihan. Kesedihan, yang sudah menggerogoti hatiku terlalu dalam, meneguk habis air mataku dan…
“Soubi!”
Kedua lengan mungil Ritsuka melingkari tubuh Soubi. Soubi tersentak, merasakan suhu tubuh Ritsuka yang melekat ke tubuhnya meningkat. Napas Ritsuka mengalir dari celah yang tercipta antara wajahnya dan punggung Soubi, tersengal-sengal, napas yang basah.
“Kau tidak mau mengatakan apapun padaku.”
Ritsuka menangis.
“Kau tidak pernah memikirkanku. Kau selalu memikirkan Seimei.”
Soubi menarik Ritsuka ke pangkuannya, memeluknya erat-erat. Wajah Ritsuka yang merah karena demam dan menangis membuat hati Soubi semakin tidak karuan.
“Kenapa kau mengganti bajuku yang basah?” isak Ritsuka. “Bukankah hanya Seimei yang kaukhawatirkan?”
Seperti yang selalu terjadi, Soubi tidak bisa menjawab. Memang, aku mengkhawatirkan Seimei, tetapi…
“Kenapa kau menyuruhku menghubungimu? Bukankah hanya Seimei yang menghubungimu selama ini? Kalau Seimei masih hidup, kau akan meninggalkanku, kan, Soubi? Kau akan selalu bersama Seimei dan melupakanku, kan?”
“Jangan…”
Soubi teringat sepotong memori tentang kecupannya di bibir Ritsuka. Hanya ciuman, namun setiap dia memberikannya, setiap ciuman itu menjadi ciuman yang berbeda. Ciuman yang semakin dalam seiring waktu, mengikatnya dengan Ritsuka dengan benang yang tak terlihat.
Soubi mengecup bibir Ritsuka. Air mata Ritsuka berlinangan, membasahi tangannya yang memegang wajah anak itu. Jangan sebutkan nama itu, Ritsuka.
Benang yang berbeda dari benang pengikatnya dengan Ritsu-sensei maupun benang yang membuatnya menjadi milik Seimei.
Ritsuka melepaskan kecupan Soubi, memandangi pria di hadapannya dengan mata penuh air yang membuat Soubi merasa sangat berdosa, lalu dipeluknya Soubi erat-erat sambil tersedu. Tampaknya Ritsuka lupa bahwa dia tidak pernah mau seseorang tahu dia menangis.
“Aku tidak akan melupakanmu,” Soubi mengusap telinga kucing Ritsuka.
“Ya, kau akan melupakanku, jika…”
“Ritsuka, tataplah aku.”
Wajah Ritsuka yang merah dan basah manis sekali.
Soubi menunggu hingga Ritsuka bisa mengendalikan tangisannya, kemudian ditatapnya mata Ritsuka. Soubi merasa damai dan luka hatinya, meskipun hanya segores kecil, terasa terobati. Ritsuka manis seperti Seimei, tetapi tatapannyalah yang membuat Soubi merasa selalu terhubung dengan Ritsuka.
Aishiteru, Ritsuka.”
Tubuhnya panas.
“Walaupun Seimei tidak memintaku untuk mencintaimu, aku… aku akan menyerahkan segalanya demi kau, Ritsuka. Aku tidak bisa mengendalikan kata-kata menjadi mantra agar kau bisa mempercayaiku sepenuhnya, tetapi… kurasa kata-kata itu menjadi benang yang mengikat kita… begitu sederhana… aku ingin kau mengucapkannya. Kau memiliki kekuatan untuk mengendalikan benang berupa kata-kata itu.”
“Apakah… seperti saat kau menggunakan mantra?”
Ritsuka. Ritsuka. Ritsuka.
“Peluklah aku,” bisik Soubi. “Aku ingin kau memelukku, my Sacrifice.
Soubi teringat akan rasa hangat yang menyergap hatinya saat Ritsuka memintanya menciptakan kenangan bersama, pada hari pertama kali mereka bertemu.
Soubi teringat ketika dia melarang Ritsuka menyentuhnya karena tangannya berdarah akibat Youji, dan saat itu Ritsuka marah. Tidak seperti Seimei. Tidak.
Soubi teringat rasa ketika ditatapnya mata Seimei atau Ritsu-sensei; perasaan seperti melihat ke dalam kegelapan.
Lebih dari itu, Soubi baru saja menyadari, dia tidak bisa mengalahkan mantranya sendiri. Mantra paling kuat yang meresap ke dalam dirinya ketika memandang mata Ritsuka, memandang perasaan yang menuntut pengakuannya.
Pengakuan dari hatinya. dari ikatan benang di hati mereka berdua.


250610

bisa juga dilihat dan direview di page fanfic saya ini di ffn
lagu Gomoji no Ito yang dinyanyikan aluto bisa didownload di sini
simak liriknya juga ya ^_^v
Category: 0 comments

Yoru ga Aketara - Sambomaster

Romaji

Ima wa mo wasure chimatta yo

kinou made no kanashii dake no sekai wo
namida no hontou no wake wa
tabun bokura jishin de mo wakaranai no darou

yoru ga aketa nara wakari kitta koto made
tashikameau tabi odayakana yorokobi

ima anata ni iu ima anata ni iu ima anata ni iu
subete no kotoba wa uso ja nai no
ima anata ni iu ima anata ni iu ima anata ni iu
subete no kotoba wa uso ja nai no
yume ja nai no kore ga saigo

imagoro omoidashiteru no wa
osanai koro no utsukushii sekai sa
namida no hontou no wake wa
tabun ano koro kara wa wakattenai no darou

yoru ga aketa nara wakari kitta kotoba de



English

I forgot I'm already
Just yesterday, sad world
WAKE real tears, etc.
I would probably even know yourself

If the obvious thing to dawn
Joined by two mild pleasure

I tell you now say to you now tell you
Are not all words lie
I tell you now say to you now tell you
This is the last word in all not a dream not a lie

I was reminded by this beautiful world of childhood
WAKE real tears from that time probably would not understand

If the word obvious dawned
Category: 0 comments

Kimi no Koe - aluto

Romaji

kimi no koe wo kikasete yo
kimi to yume wo sodatetai
koko de... koko de...
tomo ni iki tai yo

ima, ubugoe age nagara umareta
yogoreta kuuki mune ippai suikonde
na noni, boku wa dareka no sei ni shite
chiisana inochi mamoru furi

kimi no koe wo kikasete yo
kimi to yume wo sodate tai
dakedo... dakedo...
nandaka kanashikute

ookiku natte boku no you ni uso wo tsuki
daijina hito wo uragiru koto mo aru
oredemo ima jibun ni dekiru koto
tesaguri de mo matohazure de mo mitsuketai

sou iya kimi wa nani shiteru ?
kimi wa doko de nemutteru ?
itsuka... itsuka...
boku ni hanashite kure

hontou wa nani mo dekiyashinai
sukina hito mo mamorenai
boku wo... boku wo...
waratte kurenaika?

kimi no koe ga kikitakute
doko ni ite mo omoidasu
koko de... koko de...
tomo ni ikitai yo


English

Let me hear your voice
Dreams and raise you
Here, Here,
I live with

I was born on born with
Sucking chest full of dirty air
Nevertheless, I have to blame someone
Act to protect young lives

Let me hear your voice
Dreams and raise you
However However
Somewhat sad

I'm lying like a bigger
It also betrays an important person
Nonetheless, you can do yourself
Too far off the mark to find by touch

You: I think I'm doing?
Where are you sleeping?
Someday Someday
I talk to me

Be able to make anything really
Some people like defend
Me Me
Will you laugh?

I want to hear your voice
But remember to stay where
Here, Here,
Live with it
Category: 0 comments

Resensi: Botchan by Natsume Soseki

Hwaaa baru sempet update lagi >_< benar-benar minggu yang melelahkan, banyak tugas *walaupun tugasnya tidak pernah kukerjakan wkwk*

Belakangan ini aku mulai aneh, seperti aku menjadi orang yang semakin keras. Aku menjadi orang yang radikal dan mengambil resiko. Tidak seperti diriku yang dulu. Mungkin ada hubungannya dengan sebuah buku yang baru kubaca beberapa hari yang lalu, yaitu Botchan karya Natsume Souseki.
========================================================


Data buku
Judul : Botchan
Penulis : Natsume Soseki
Penerjemah : Indah Santi Pratidina
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tebal : 224 halaman

Botchan adalah novel yang sangat populer di Jepang. Novel ini dikatakan sebagai novel favorit dari Soseki-sensei dan menduduki posisi penting dalam sastra Jepang hingga saat ini, terbukti dengan disisipkannya A MODERN CLASSIC di atas judulnya. Novel yang bercerita mengenai pemberontakan seorang guru dari Tokyo terhadap sistem sekolah desa tempatnya mengajar ini diceritakan dengan gaya humor ringan dan spontan. Gejolak kehidupan tempo dulu di Jepang yang bisa dibilang mirip masa kini diceritakan secara gamblang dari mata Botchan yang selalu terus terang dan blak-blakan. Di dalam novel ini kita akan menemukan banyak sekali tipe manusia yang mungkin kita kira hanya ada pada masa kini. Botchan, guru muda dari Tokyo, berjuang menjalani kehidupannya di losmen dan mengajar murid-murid sekolah menengah. Di sinilah kita bisa melihat perjuangannya 'meluruskan' semua hal yang salah dengan sikap kerasnya.
Alan Turney, penerjemah Botchan untuk edisi berbahasa Inggris, mengatakan bahwa Botchan mungkin terlalu lempeng (tipis, katanya) untuk plot orang barat. Di beberapa bagian kita mungkin akan terkejut karena suatu babak terasa terlalu cepat 'meloncat' ke babak lain yang seharusnya diperjelas batas-batasnya, seperti pada bagian akhir yang bagi saya terasa agak menggantung. Kejadian per kejadian di bagian akhir ketika Botchan telah meninggalkan tempatnya mengajar terasa kurang meninggalkan kesan karena kurang jelasnya batas kejadian satu dengan kejadian lainnya.
Sosok Botchan dikatakan mirip dengan sosok sang pengarang, Natsume Soseki, berikut setting tempat Botchan bekerja juga pernah menjadi tempat Soseki-sensei mengajar. Sikap Botchan yang tidak tunduk pada seseorang atau suatu norma mungkin juga diwarisi dari sang pengarang. Dan seperti yang dikatakan Botchan, kejujuran adalah yang paling utama dan tidak semua orang di sekitar kita bisa menerima kejujuran. Novel ini cukup bagus bagi pembaca yang ingin mengetahui selera bacaan orang Jepang, sekaligus mencari sosok seseorang yang berpendirian teguh dalam menghadapi kehidupan keras berikut orang-orang yang melakukan penyimpangan di sekitarnya.

resensi oleh Ratih Purwandari, SMA 4 Yogyakarta.

========================================================
Ah, rasanya tanpa sadar, aku sudah menjadi seperti Botchan yang blak-blakan dan berterus terang.
Seperti Botchan, guru matematika yang mengatakan "ILMU YANG TIDAK BERGUNA SEPERTI MATEMATIKA."

Well, sebenarnya aku bangga. Aku menemukan prinsipku, jati diriku.
Inilah hidupku, sifatku, resikoku. Hidup ini tidak mudah, teman. Jika aku tidak menjadi orang yang radikal, aku akan hanyut menuju kehancuran dunia. Jadi jangan protes atas apa yang kupilih.

Just Be Friends - Megurine Luka

Romaji

Just be friends All we gotta do Just be friends
It’s time to say goodbye Just be friends
All we gotta do Just be friends
Just be friends Just be friends…

Ukanda n'da kinou no asa hayaku ni
Wareta GURASU Kakiatsumeru you na
Kore wa ittai nan darou Kitta yubi karashitataru shizuku
Bokura wa konna koto Shitakatta no kana

Wakatteta yo Kokoro no okusoko de wa
Motto mo tsurai Sentaku ga BESUTO
Sore wo kobamujiko ai to Kekkajika douchaku no kurikaeshi
Boku wa itsu ni nareba Ieru no kana

Yuruyaka ni kuchiteyuku Kono sekai de
Agaku boku no yui itsu no katsuro
Iroaseta kimi no Hohoemi kizande Sen wo nuita

Koe wo karashite sakenda Hankyou
zankyou Munashiku hibiku
Hazusareta kusari no Sono saki wa
nani hitotsu Nokotteyashinai kedo
Futari wo kasaneteta guuzen Anten
tansen Hakanaku chiji ni
Shosen konna mono sa Tsubuyaita
Kareta hoho ni tsutau Dareka no namida

Kizuita n'da Kinou no naidan yoru ni
Ochita kaben Hiroi ageta toshite
Mata saki modoru koto wa nai
Sou te no hira no ue no chisai sana shi
Bokura no jikan wa Tomatta mama

Omoidasu yo Hajimete atta kisetsu wo
Kimi no yasashiku Hohoemu kao wo
Ima wo kako ni oshiyatte Futari kizutsuku Kagiri kizutsuita
Bokura no kokoro wa Toge darake da

Omokuru shikutsuzuku Kono kankei de
Kanashii hodo Kawaranai kokoro
Aishiteru no ni Hanare gatai no ni Boku ga iwanakya

Kokoro ni doshaburi no ame ga Bouzen
shouzen Shikai mo kemuru
Kakugoshiteta hazu no Sono itami
Soredemo tsurakareru kono karada
Futari wo tsunaideta kizuna Hokorobi
hodoke Nichijou ni kieteku
Sayonara aishita hito Koko made da
Mou furimukanai de arukidasu n'da

Ichido dake, Ichido dake
Negai ga kanau no naraba
Nando demo Umare kawatte
Ano hi no kimi ni ai ni iku yo

Kore de oshimai sa


English

I remembered early yesterday morning

Why do I feel
As if I'm gathering piece of broken glass? Blood drips from my cut fingers
I wonder if we wanted to do these kinds of things

I already knew deep inside my heart

That the most painful choice would be the best
My self-love refuses it and as a result, self-contradiction repeats
I wonder when we can talk

In this slowly decaying world

A path for my struggling self
I carve in your colorless smile
I pulled off the plug

I shouted until my voice was dry

The echo reverberates in the empty air
Although there was nothing left
After the chains were removed 

Fate that allowed us to meet

The darkness interrupts countless and relentless time
"So this is how it is..." I murmured
Somebody's tears flow down dried cheeks

I realized at yesterday's quiet night

That even if I pick up the fallen flower leaves
It won't bloom back to its original form
The small death on top of my hands
Our time is frozen still

I remembered the season when we first met

And your sweetly smiling face
I push the present to the past and received the scars that we both got
Our hearts are full of thorns

Even in this frustratingly continuing relationship

I sadly can't change my heart
I was loving you, I didn't want to be apart from you
But I have to say it

The rain that pours on my heart

Dazed and terrified, even my vision is blurry
I anticipated the hurt
But my body can't move

Fate that connected us

Becomes undone and disappears into everyday life
Goodbye my loved one... This is the end
Now we look go on without looking back

Once more, once more

If my wish can come true
I want to be reborn many times
I'll go and meet you from that day

This is the end

taken from Anime Lyrics
Category: 0 comments

A Nine Days' Wonder - Akeboshi

A nine days' wonder looking back
As the sun goes down
As time goes by a sketch of life
On the wall worn out

One day she said in the usual tone
That I don't shine anymore
So I laughed and said "Can you bring it back?"
She stands alone watching the leaves fall

So many places, so many ways
But there's no way home, nowhere I belong
So many faces fade away
And then life goes on

Off the rails dream away
The amber lights flicker out

An old soldier lives in the dark
Says the light only causes pain

Now I don't listen to him this time
I packes my bag and I walk to the bus stop
Stars start falling down like a yellow rain, like fire-works
I stand alone watching the stars fall

So many places, so many ways
But there's no way home, nowhere I belong
So many faces fade away
And then life goes on

Still living in a world we know
Hold on there
And then life goes on

taken from J-Pop Asia
Category: 0 comments

Bob Lennon - Endou Kenji

Kanji and Romaji


日が暮れて どこからか
hi ga kurete doko kara ka

カレーの匂いがしてる
karee (curry) no nioi ga shiteru

どれだけ歩いたら 家にたどりつけるかな
dore dake aruitara ie ni tadori tsukeru kana

僕のお気に入りの 肉屋のコロッケは
boku no oki ni iri no nikuya no korokke (croquette) wa

いつもどおりの味で 待っててくれるかな
itsumo doori no aji de mattete kureru kana

地球の上に夜が来る
chikyuu no ue ni yoru ga kuru

僕は今 家路を急いでる
boku wa ima ieji o isoideru

来年のことを言うと 鬼が笑うっていうなら
rainen no koto o iu to oni ga warautte iu nara

笑いたいだけ 笑わせとけばいい
waraitai dake warawase tokeba ii

僕は言い続けるよ 5年先10年先のことを
boku wa ii tsuzukeru yo gonen saki juunen saki no koto o

50年後も キミとこうしているだろうと
gojuunen go mo kimi to koushite iru darou to

地球の上に夜が来る
chikyuu no ue ni yoru ga kuru

僕は今 家路を急ぐ
boku wa ima ieji o isogu

雨が降っても 嵐が来ても
ame ga futte mo arashi ga kite mo

やりが降ろうとも みんな家に帰ろう
yari ga furou to mo minna ie ni kaerou

邪魔させない 誰にも止める権利はない
jama sasenai dare ni mo tomeru kenri wa nai

地球の上に夜が来る
chikyuu no ue ni yoru ga kuru

僕は今 家路を急ぐ
boku wa ima ieji o isogu

世界中に夜が来る
sekaijuu ni yoru ga kuru

世界中が家路を急ぐ
sekaijuu ga ieji o isogu

そんな毎日が キミのまわりで
sonna mainichi ga kimi no mawari de

ずっと ずっと 続きますように…
zutto zutto tsuzukimasu you ni…



English
The sun goes down, and somewhere
I can smell curry cookin’
How long will we have to walk before we get home?
Will the croquettes from my favorite shop
Still taste the same? And waiting for me?

Night comes down upon the earth
And now, I’m hurryin’ home

They say the ogres will be laughing next year
And I say, let ‘em laugh all they like

I’ll keep talkin’ about 5 or 10 years in the future
And 50 years later, if I’m still with you

Night comes down upon the earth
And now, I’m hurryin’ home
Rain may fall, and storms may come
Spears may fall, so let’s all go home
They can’t stop us, nobody has the right to stop us
Night comes down upon the earth
And now, I’m hurryin’ home
Night comes down upon the entire world
And the entire world is hurryin’ home

And I pray that these days will
Continue forever and ever…

================================

originally posted in  http://flashtrigger.wordpress.com/2008/07/02/bob-lennon-lyrics-translation/
lagu yang membuat saya menangis sambil membaca 20th Century Boys ^^
Category: 0 comments

Gagak

raven /'reIvn/ n [C] 1 large, black bird like a crow. 2 (as an adj) shining black.

Gagak [Corvus sp., dikenal sebagai crow, dan raven, yang ukurannya sedikit lebih besar daripada crow] yang bersifat omnivora tergolong ke dalam famili Corvidae. Gagak memiliki tempat yang cukup penting dalam mitologi, terutama mitologi Celtic dan Amerika Utara. Umumnya mereka dilukiskan sebagai pembawa pesan dewa, dan merupakan simbol dari keluarga, kebijakan, harapan, ramalan, usia panjang, penyembuhan, sihir, perburuan, kesuburan, perubahan, awal, kesendirian, pertanda buruk, matahari [meskipun warna bulu mereka gelap], dan masih banyak lagi. Dewi Bulan dan Kebijakan Celtic, Morrighan, umumnya digambarkan memiliki wujud gagak. Di Jepang, gagak merupakan simbol Amaterasu O-Mikami dan merupakan salah satu dari dua macam ten'gu. Odin, dewa tertinggi dalam mitologi Skandinavia, terkenal pula sebagai Hrafna-gud, atau Dewa Para Gagak, karena ia memiliki dua ekor gagak, Huginn [pikiran] dan Muninn [ingatan]. Dalam bahasa Inggris, sekelompok gagak disebut "a murder of crow" karena gagak biasanya membunuh gagak lain yang bukan merupakan anggota kelompoknya, dan karena gagak biasa ditemukan di medan pertempuran, kuburan, dan tempat-tempat lain di mana terdapat mayat atau bangkai yang bisa mereka makan. Di Inggris, makam [tombstone] kadang disebut pula "ravenstone".


Taken from Oxford Learner's Pocket Dictionary and omake Animonster #63.
Category: 0 comments