Sajadah, untuk berbagi atau egoisme?

Bulan ramadan sudah berjalan 14 hari.  Mendadak masjid-masjid penuh orang beribadah. Alhamdulillah. Sholat subuh, magrib, isya,  dan tarawih berjamaah. Bersamaan dengan itu, mayoritas perempuan di dusun tempatku tinggal membawa Sajadah untuk sholat. Satu-satunya fungsi yang aku tahu dari Sajadah adalah sebagai penanda teritorial seseorang beribadah agar tempat sujudnya tidak sembarangan dilewati (ingat larangan agar tidak berjalan di depan orang sholat! Dan anak-anak kecil yang berlarian di masjid tentunya). Oh iya,  juga untuk mencegah kita sholat di tempat yang kotor. Tapi fenomena yang aku lihat sejak ramadan tahun lalu berkaitan dengan sajadah ini agak mengganggu. Kenapa?  Karena para jamaah (terutama perempuan) ini malah menjadi 'individualis'.
Loh,  kok bisa?  Jangan sembarangan ngomong!
Coba kita lihat yang terjadi di musholla tempatku beribadah. Jamaah laki-laki di sini hampir tidak menggunakan sajadah. Selain karena karpetnya sudah seperti sajadah, sajadah hanya digelar di shaf belakang imam. Shaf pun rapat dan tertib. Nah sedangkan itu, jamaah perempuan rajin sekali membawa sajadah. Hampir setiap orang membawa sajadah,  bahkan anak kecil pun memakai sajadah sendiri. Yang salah di sini adalah pemakaian sajadah tersebut.  Kita ingat dong bahwa saat sholat berjamaah shaf harus dirapatkan? Di shaf jamaah perempuan hal itu sepertinya tidak berlaku. Karena sajadah yang dipakai individu ukurannya besar-besar, otomatis ada jarak antara satu jamaah dengan jamaah lain.  Shaf menjadi tidak rapat. Yang aku herankan, apa mereka tidak memikirkan hal itu?  Bukankah dalam Islam disebutkan bahwa shaf yang tidak rapat akan diisi oleh setan?

Aku sendiri menggunakan sajadah lebih karena barang itu ada banyak sekali di rumah dan sayang bila tidak dipakai. Aku tidak masalah bila tidak membawa sajadah,  aku bahkan lebih suka bila ada yang mau berbagi sajadah denganku karena kami bisa sholat berdampingan dengan rapat. Aku bukan mau sok suci tapi fenomena sajadah yang merenggangkan shaf itu harusnya diakhiri. Baguslah kalau sajadah yang besar-besar itu bisa dipakai untuk beberapa orang. Ah, malah jadi ngrasani orang di bulan puasa...  Habis gemas sekali sih melihat salah kaprah ini!

maaf fotonya kurang jelas. tapi inilah.

Category: 0 comments

Sahabat Pena

Menurutku, teknologi membuat kita menjadi orang yang individualis.
Aku teringat ketika SD dulu aku pernah mempunyai sahabat pena. Ada yang ingat dengan istilah tersebut? :D Sahabat pena adalah teman-teman yang kita hubungi melalui surat-menyurat, atau bahasa gaulnya pen-pals. Aku kangen dengan sahabat-sahabat penaku. Ketika itu, ketika handphone dan social media belum aku kenal, berkirim surat rasanya asyik sekali. Beberapa bulan yang lalu aku iseng-iseng mencari sahabat penaku di facebook, kemudian aku add dengan message bahwa aku adalah sahabat penanya dulu, namun dia belum menerima permintaanku menjadi teman. Mungkin karena aku menggunakan nama samaran atau memang dia orangnya selektif dalam menerima permintaan menjadi teman, seperti aku. :p
Kegiatan surat-menyurat itu dimulai ketika suatu hari ada surat yang datang ke rumahku. Saat itu aku masih duduk di bangku SD, tapi jujur saja aku lupa kelas berapa saat itu (dari cap perangko yang aku lihat di surat-surat tadi sepertinya surat pertama datang tahun 2003, berarti sekitar aku kelas 3-4). Mereka bilang mereka mendapatkan alamatku dari majalah Bobo. Ingat dong surat-surat pembaca yang dimuat di Bobo, yang antara lain mengkritisi isi Bobo? Nah, aku adalah salah satu kritikus melalui surat. :P Aku tidak bisa membiarkan plagiatisme merajalela di majalah anak-anak terbaik di Indonesia ini, makanya aku mengirim surat yang memberitahu redaksi Bobo bahwa ada puisi yang dimuat di Bobo hasil plagiat dari buku paket kelas 1 SD. Aku ingat sekali nama orang yang memplagiatnya. Aku juga ingat sekali suratku saat itu kutulis di atas kertas kecil dengan tinta biru. Nekat saja, kukirim surat itu ke Jalan Palmerah Selatan no.22 Jakarta 10270.







Waktu SD, setiap minggu aku rajin membeli majalah Bobo. Hanya kadang-kadang saja terlewat satu edisi. Mungkin di salah satu edisi yang aku lewatkan itulah suratku dimuat. Aku sendiri tidak pernah membaca surat kritikanku di majalah Bobo. Aku pernah mencarinya di Bobo milik tetanggaku yang berlangganan majalah tersebut tapi nggak ketemu juga. Ya sudahlah, itu tidak masalah, yang penting bisa menambah banyak teman. Aku juga mengirim surat kepada pembaca tabloid Fantasi yang bernama Anggra untuk bertukar poster map atau pin up, namun sayangnya dia tidak membalas suratku lagi.
Sahabat penaku yang terasa paling akrab dan suratnya lumayan banyak adalah Dian Ayu Hapsari, Hemashita Nugraheni, dan Nicole Melisa Natasha Mumek. Yang terakhir ini sebenarnya sahabat pena temanku, Rini Anitasari (yang ketularan mencari sahabat pena gara-gara aku). Dari biodata yang dikirim ke Rini aku lihat Melisa ini jepang-jepangan banget. Aku jadi heboh dan ikutan mengirim surat kepada Melisa. Dia orangnya talkative dan dengan bebas cerita-cerita soal cowok pada umur kami yang saat itu mungkin baru 12 tahun. Hahaha… Tulisan Melisa bagus banget, dia juga sering menggambar karakter manga di suratnya. Kertas suratnya saja gambar anime. Ah, pokoknya dia benar-benar otaku. Dialah yang berhasil aku temukan FBnya namun tidak pernah menerimaku menjadi teman.


Aku kangen Melisa. Aku kangen berkirim surat dengan orang-orang yang ingin menjadi temanku. Aku kangen menunggu surat balasan datang.
Category: 5 comments

Sendang-sendang di Kecamatan Minggir

Kelas menulis kreatif sudah selesai. Tugas terakhir kami yang harus dipost di blog adalah tugas ujian akhir kami, yaitu tentang sejarah atau mitos di sekitar tempat tinggal kami. Inilah mitos di tempat tinggalku, sendang-sendang di kecamatan Minggir.

Saya tinggal di dusun Sidorejo, desa Sendangrejo, kecamatan Minggir, kabupaten Sleman. Sebenarnya tidak ada mitos tertentu seperti Nyi Roro Kidul di dusun tempat tinggal saya, namun ada sebuah mitos yang dipercaya oleh kebanyakan warga kecamatan Minggir, yaitu adanya sendang di seluruh Minggir. Kecamatan Minggir terdiri atas 5 desa bernama Sendangrejo, Sendangsari, Sendangmulyo, Sendangarum, dan Sendangagung. Nama itu tentunya diberikan karena sebuah alasan yaitu adanya sendang di desa-desa tersebut. Sendang adalah sebutan untuk mata air tempat warga di sekitarnya melakukan kegiatan mandi, mencuci, dan mengambil air untuk minum dan memasak. Sendang sudah ada sejak lama, mungkin sejak zaman kolonial ketika warga sekitar belum mempunyai sumber air sendiri.
Di dusun Jamur, dusun di sebelah Sidorejo, terdapat sebuah bekas restoran gubuk bernama Sendang K-pitoe (sendang ketujuh). Bekas restoran itu diberi nama demikian karena desa Sendangrejo terkenal akan ketujuh sendangnya yaitu Sendang Penjalin, Sendang Siandong Ngaran, Sendang Jamur, Sendang Tarungan, Sendang Jarakan, Sendang Dilahan Gunung So, dan Sendang Butuhan. Bekas restoran Sendang K-pitoe berada di sebelah Sendang Jamur. Sendang itu menurut saya tidak terlalu menyenangkan untuk dikunjungi karena gelap dan berada di bawah sebatang pohon beringin. Warga dusun Jamur dikenal masih mempercayai mitos tentang pohon beringin yang dianggap keramat. Sendang di bawah pohon beringin itu diberi atap sehingga bagian dalamnya tidak bisa dijangkau sinar matahari. Ditambah pohon beringin di sebelahnya, jadilah sendang itu terkesan semakin seram. Mungkin masih ada yang mandi dan mencuci di sana, tapi lebih mungkin lagi ada yang melakukan pesugihan di sendang itu. Desas desus tentang adanya penunggu di sendang itu sudah menjadi rahasia umum. Pernah juga diadakan jathilan di sendang itu bertahun-tahun yang lalu. Saya bukan orang yang suka melihat jathilan jadi saya tidak menonton waktu itu.
Dekat dari Sendang Jamur, ada Sendang Tarungan. Sendang itu masih dipakai warga sekitar dan pernah saya kunjungi. Letaknya berada di dekat pemukiman warga dan padhang dalam artian tidak angker seperti Sendang Jamur. Sebenarnya memang karena sendang itu hanya berbentuk bilik yang bagian atasnya terbuka, tidak diberi atap sehingga cahaya matahari bisa menerangi orang yang sedang mandi dan mencuci di sana. Ya, saya tidak akan mengunjungi sendang yang kesannya angker, tentu saja. Saya kan orang yang penakut.
Sendang yang paling terkenal, paling terawat, dan dianggap paling mistis adalah Sendang Penjalin. Sendang itu merupakan pusat dari ketujuh sendang yang ada di desa kami. Di dekat Sendang itu ada Gunung Tugel yang menurut legenda adalah bukit yang ujungnya patah karena saat Sunan Kalijaga melompati bukit tersebut, puncaknya tersangkut ujung jubah sang Sunan sehingga patah. Gunung Tugel memang berarti Gunung Patah dalam bahasa Jawa. Sendang selain Sendang Penjalin, Sendang Jamur, dan Sendang Tarungan sudah tidak terawat. Ini yang saya dengar dari cerita bapak saya, karena saya hanya pernah melihat Sendang Jamur dan Sendang Tarungan. Keempat sendang yang kini tidak terawat itu airnya sudah banyak berkurang, padahal pada umumnya air sendang tidak pernah habis.
Hal yang menarik bagi saya adalah bahwa konon ketujuh sendang di Sendangrejo saling terhubung melalui saluran air di bawah tanah yang tercipta secara alami. Seorang paranormal pernah mencoba membuktikan adanya saluran air bawah tanah itu dengan menceburkan seekor bebek dari Sendang Penjalin. Masih katanya lagi, bebek itu lalu muncul di Sendang Jarakan, lalu diceburkan lagi dan muncul di sendang lain lagi. Anehnya bebek itu tetap hidup setelah melalui perjalanan panjang di bawah tanah, di dalam air pula. Saya kasihan kepada bebek malang itu. Ah, lagi-lagi ini hanya cerita dari bapak saya.
Kepercayaan tentang sendang-sendang ini lalu melahirkan sebuah tradisi. Awalnya warga yang berkunjung ke sendang percaya bahwa air sendang tersebut membawa keselamatan bagi orang yang bersuci di sana. Kepercayaan tersebut lalu dilaksanakan oleh banyak orang dan terus dilanjutkan sehingga ditentukan waktu tertentu untuk melakukannya. Sekarang pada pertengahan bulan puasa warga, laki-laki dan perempuan datang ke Sendang Penjalin dengan pakaian adat Jawa (surjan untuk laki-laki dan kebaya untuk perempuan) membawa kain jarik. Kain tersebut digunakan untuk mandi basahan dengan air sendang dan setelah selesai air basahan tersebut dibawa pulang. Tidak hanya air basahan, orang yang paling dituakan di antara warga itu juga mengambil air sendang dengan kendi. Air dalam kendi itu lalu bersama-sama dibawa ke dusun Kliran, desa Sendangagung.
Rupanya tidak hanya warga di sekitar Sendang Penjalin saja yang datang ke Kliran. Warga dari semua desa yang namanya diawali Sendang- juga berkumpul di desa Sendangagung untuk bersama-sama menuju dusun Kliran. Para warga itu berpakaian adat Jawa dan membawa hasil bumi berupa tumpeng serta sesajen. Sebenarnya ada apa di dusun Kliran itu sehingga menjadi tujuan arak-arakan warga? Ya, di sana ada pesanggrahan Kyai Tunggul Wulung. Pesanggrahan tersebut sering digunakan warga untuk tirakatan, memohon wahyu dan juga keselamatan. Tombak Kyai Tunggul Wulung sendiri dibuatkan agenda untuk diarak setiap tahun. Acara penghormatan untuk Kyai Tunggul Wulung ini sekarang dilestarikan sebagai kebudayaan khas Kecamatan Minggir dan setiap pelaksanaannya selalu ada pertunjukan wayang. Entahlah apakah acara itu masih dipercayai untuk membawa keselamatan atau hanya sekadar untuk melestarikan tradisi.

Di Balik Dinding Kells: Review Film Animasi The Secret of Kells

Kuliah menulis kreatif Kamis yang lalu kembali hanya mbak Abmi yang mengajar. Menurut mbak Abmi, ternyata mbak Astrid akan pindah ke Bali dan baru kembali ke Jogja ketika kuliah kami sudah selesai. Yaaah :(
Oke, kembali ke kuliah, kami menonton film lagi. Kartun lagi. The Secret of Kells, animasi yang mengingatkan saya pada Fairly Odd Parents. Hihihi.
Hihihi mukanya unyu-unyu :3
Film dibuka dengan monolog suara berbisik Aisling, pemilik wajah unyu di gambar itu. :3 Memang, saya kurang mengerti awal ceritanya dan mulai menguap ketika mencapai pertengahan film. Dari yang saya mengerti, cerita berkisar di sebuah tempat bernama Kells yang dipimpin oleh Abbot Cellach, seorang yang sangat kaku. Dia menggalakkan pembangunan dinding tinggi di sekitar Kells untuk berlindung dari serangan Northmen (Viking). Keponakannya yang selalu ingin tahu, Brendan, mendengar cerita tentang The Book of Iona yang sedang ditulis Aidan. Disebutkan bahwa Book of Iona adalah buku yang dibuat oleh malaikat, dan orang berdosa akan terbakar saat membukanya. Aidan yang berhasil melarikan diri dari penjajahan Northmen di Iona kemudian datang ke Kells. Keingintahuan Brendan tentang buku itu menjadikannya dekat dengan Aidan.

Aidan kemudian menyuruh Brendan mencarikan biji untuk membuat tinta di hutan. Brendan yang awalnya takut melanggar perintah Cellach agar tidak keluar dari dinding Kells nekat menyelinap ke hutan karena keingintahuannya tentang Book of Iona. Di hutan Brendan bertemu dengan Aisling, peri hutan yang lincah dan ceria.


Setelah mendapatkan bahan pembuat tinta, Brendan tidak sengaja menemukan tempat keramat bernama Crom Cruach, dan sekuat tenaga Aisling berusaha mencegah Brendan masuk ke sana.
Kembali ke biara, Aidan mengajari Brendan melanjutkan Book of Iona. Ternyata dibutuhkan sebuah (per)mata sebagai lensa khusus untuk menulis buku itu. Permata Aidan telah hancur ketika terjadi kerusuhan di Iona dan tersisa permata lain di Crom Cruach. Kebersamaan Brendan dan Aidan  tidak disukai Cellach yang tidak percaya akan adanya buku tersebut.

Cellach menangkap basah Brendan hendak menyelinap ke hutan pada suatu malam. Brendan kemudian dikurung di kamarnya dan Aidan diharuskan meninggalkan biara saat musim semi tiba. Pangur Ban, kucing Aidan, pergi ke hutan untuk memanggil Aisling. Aisling dan Pangur Ban kemudian mengeluarkan Brendan dari kamarnya. Setelah mengetahui niat Brendan untuk mengambil permata di Crom Cruach, Aisling setuju untuk menolong. Dalam proses pengambilan itu, Aisling terhisap dalam kegelapan Crom Cruach sehingga Brendan harus berjuang sendiri.

Brendan terus membantu Aidan melanjutkan buku itu hingga suatu hari Northmen menyerang Kells. Dinding yang belum selesai dibangun itu ditembus dengan mudah. Kells pun menjadi lautan api. Cellach sekuat tenaga melindungi rakyat Kells. Brendan dan Aidan yang lari ke hutan membawa buku yang belum selesai dihadang oleh Northmen. Aisling bersama serigala-serigalanya menolong kedua orang itu dari Northmen, berikut buku yang hendak direbut bangsa penjajah itu. Brendan dan Aidan kemudian pergi dari sana, melanjutkan buku itu hingga Brendan beranjak dewasa. Brendan kembali ke Kells dan menemukan paman Cellach-nya yang mendekati ajal. Cellach menyadari bahwa Book of Iona itu nyata dan bahwa Brendan tidak mati dalam kerusuhan. Buku itu bukan lagi Book of Iona, namun Book of Kells.

Oke, dari artikel yang saya baca di internet, Book of Kells adalah national treasure Irlandia. Seperti terlihat dalam filmnya, buku itu adalah illuminated manuscript Injil Kristen Awal (abad ke-8). Saat itu sejarah dituliskan dalam bentuk gambar-gambar yang indah. Pesan yang bisa diambil dari film ini adalah (seperti kata mbak Abmi) pentingnya kita menulis sejarah.

Oh iya, saya suka tokoh Aisling yang lincah dan ceria, juga Pangur Ban yang sempat menunjukkan ekspresi bete persis seperti kucing di dalam foto saya. So here are some bonuses:




Tatapan kedua kucing itu seolah-olah mengatakan "Let me go, human." -_-

Bunga Akhir Abad - (half of scene 2 and full scene 3)

Sesuai yang sudah saya janjikan di post sebelumnya, saya cantumkan bagian skrip drama yang saya buat. :D

-------------------------------------------

Paruh akhir adegan 2

Tiba-tiba Suurhof menarik Minke agak menjauh dari Annelies.
Suurhof : “Sahabatku, maaf aku telah berlaku tidak adil dan tidak jujur padamu.”
Minke    : “Ya, Rob, aku tahu itu.”
Suurhof : “Aku melakukannya bukan atas kejahatan, namun karena rasa sukaku pada Annelies. Ya, Minke, aku menyukai Annelies.”
Minke    : “Apa, Rob? Tidak salah yang kudengar itu? Kau menawariku untuk mendekatinya…”
Suurhof : “Aku hanya sempat melihatnya namun tidak bisa berkenalan. Aku sakit hati ketika kau bisa dengan mudah mendekatinya.”
Minke    : “Jadi kau hanya ingin memamerkan bahwa kau bisa bersama Annelies sedangkan aku tidak…”
Suurhof : “Aku masih berharap, masih mengirimkan surat kepada Annelies namun tak ada jawaban. Hingga akhirnya sekarang kalian menikah. Aku harus meninggalkan Hindia untuk melupakannya. Namun jangan sampai persahabatan kita rusak karena kesalahanku dulu, Minke. Aku akan meneruskan studiku ke Eropa.”
Minke    : “Ya, selamat jalan, Rob, semoga berhasil.”
(Suurhof pergi bersama undangan lainnya. Minke kembali ke samping Annelies)
Annelies: “Mas, copotlah cincin ini.”
Minke    : “Kau tak suka menerimanya?”
Annelies: “Aku tak pernah membalas surat Suurhof. Kembalikan saja cincin ini padanya, Mas.”
Minke    : “Ya, akan kukembalikan padanya.”
====================================
Adegan 3

Minke    : (menulis di meja, narasi dibacakan dari backstage) Setelah 6 bulan pernikahanku dengan Annelies sesuatu yang kami takutkan terjadi. Annelies dan mama dipanggil menghadap Pengadilan Putih. Mama kemudian menceritakan asal mula peristiwa panjang yang bermula bertahun-tahun yang tahun lalu ini. Maurits Mellema, anak sah dari Herman Mellema yang selama ini tinggal di Belanda tiba-tiba datang ke Boerderij Buitenzorg.
Maurits  : (masuk ke panggung dengan angkuh, Nyai sedang duduk menulis di meja kerja) “Mana Tuan Herman Mellema.”
Nyai       : “Tuan siapa? (tersinggung karena Maurits tidak sopan) Apa urusan Tuan datang kemari?”
Maurits  : “Hanya Tuan Mellema yang kuperlukan.” (lebih kasar)
Herman  : “Ada apa berteriak-teriak?” (datang karena mendengar suara kasar Maurits, kaget melihat Maurits) “Maurits! Kau sudah segagah ini!”
Maurits  : “Insinyur Maurits Mellema, Tuan Mellema!”
Herman  : “Duduklah, Maurits!” (gugup)
Maurits  : “Aku datang tidak untuk duduk di kursi ini! Tuan telah menuduh istri sahmu yaitu ibuku, berbuat serong tanpa memberinya kesempatan untuk membela diri. Aku merasa terhina! Ibuku tak punya dana untuk menyewa pengacara, namun sekarang aku datang sendiri untuk membereskan perkara ini.”
Nyai       : “Apa yang Tuan inginkan dari Tuan Mellema?!”
Maurits  : (tidak menggubris nyai) “Lihat, Tuan menuduh ibuku serong namun Tuan sendiri mengambil wanita pribumi ini sebagai teman tidur selama belasan tahun tanpa perkawinan sah! Tuan telah menyebabkan lahirnya dua orang anak haram!”
Nyai       : “Sungguh tak tahu aturan!” (marah namun tetap tak digubris)
Herman  : “Kita bisa menyelesaikan….” (lemas)
Maurits  : “Aku tidak ada urusan dengan pribumi sepertimu!” (menuding nyai)
Nyai       : “Kau tak ada hak untuk mencampuri urusan keluargaku!”
Maurits  : “Aku tak ada urusan dengan kowe, nyai!” (sangat kasar dan kaku)
Nyai       : “Ini rumahku! Jangan berbicara seperti itu di sini! Pergi kau! Membuat kacau rumah tangga orang! Pergi saja kau dari sini!”
Maurits  : “Tuan tahu sekarang siapa Tuan dan betapa busuknya diri Tuan, lebih busuk daripada tuduhan Tuan kepada ibuku!” (pergi dari panggung)
===========
Minke    : (narasi masih dibacakan, Minke di panggung duduk dengan gelisah bersama nyai) Siapa yang takkan terkejut ketika ternyata masalah itu berlanjut ketika aku telah menjalani kebahagiaan ini. Mama sering mendapat panggilan dari pengadilan, sekarang Annelies pun mendapatkan panggilan utama dari pengadilan.
Nyai       : “Nak, Nyo, kurang apa penderitaanku ini? Satu persatu hilang dari kehidupanku. Kini Maurits pun ingin mengambil Annelies, anakku satu-satunya. Tidak cukup itu saja, dia pun ingin mengambil perusahaan yang aku bangun dengan susah payah ini.”
Minke    : “Apa yang terjadi, Ma? Mana bisa mereka mengambil Annelies, dia istriku, Ma!”
Nyai       : “Orang itu, Maurits, hendak mengambil hak perwalian atas Annelies sebagai adik tirinya. Punya hak apa dia? Akulah yang telah membesarkan Annelies, dan sekarang orang yang tak kukenal itu ingin mengambilnya begitu saja. Dia juga menginginkan perusahaan ini sebagai tuntutan atas warisan baginya dan ibunya sepeninggal Tuan Mellema. Padahal perusahaan ini aku yang bangun, bukan Tuan Mellema!”
Minke    : “Apa? Lalu bagaimana nasib Annelies?”
Nyai       : “Mereka akan membawanya ke Nederland, Nak, Nyo.”
Minke    : (terkejut) “Tapi Ma, Annelies kan istriku!”
Nyai       : “Nak, Nyo, sekarang sudah saatnya kita sendiri yang melawan mereka. Meskipun kita tidak akan menang, kita harus melawan sampai tidak bisa melawan lagi. Lawanlah dengan cara terhormat, Nyo. Kau bisa menulis sebagai senjatamu.”
Minke    : “Aku akan menulis tentang kita, Ma, tentang ketidakadilan yang dilakukan pengadilan terhadap kita.”
Namun seberapa besarnya kami berusaha, akhir tetaplah akhir. Kemenangan tidak bisa kami rebut. Annelies dan Boerderij Buitenzorg jatuh ke tangan Maurits Mellema. Tinggal menunggu waktu hingga dia mengambilnya. Annelies sakit karena keputusan pengadilan, terus sakit hingga tiba saatnya dia harus pergi. Kemudian suatu hari datang seorang wanita Eropa berpakaian putih dan langsung menuju pada Annelies yang terbaring lemah.
Nyonya  : “Sudah waktunya kita berangkat, Juffrouw. Kita akan naik kapal besar, mengarungi berbagai lautan, Selat Gibraltar, serta mendarat di Nederland yang indah. Juffrouw akan diasuh oleh abang Maurits yang seorang insinyur kenamaan…”
Annelies: “Ma, aku lebih suka pada ombak dan laut daripada kapal dan Nederland.”
Nyai       : “Tentu, Ann, semua yang kausukai ada di sini.”
Nyonya  : “Di Nederland ada segalanya, Juffrouw, apapun yang kauinginkan ada di sana.”
Annelies: “Mas, aku kan tidak kekurangan apa-apa di sini?”
Minke    : “Tidak Ann, kau berbahagia di sini. Semua yang kauperlukan ada di sini.”
Nyonya  : “Sudah hampir waktunya, Juffrouw.”
Annelies: “Ma, aku takkan kembali lagi ke rumah ini. Beri aku adik yang manis, yang tidak menyusahkan sepertiku.”
Nyai       : “Ann, kami telah berusaha sekuat tenaga kami, Ann… Semua sudah kami lakukan.”
Annelies: “Mas Minke, kita kan pernah berbahagia bersama? Kenanglah kebahagiaan itu, Mas.”
Nyonya  : “Kita sudah terlambat dua menit.”
Annelies: (segera pergi meninggalkan Mama dan Minke, digandeng oleh Nyonya Eropa)
---------------------------------------

Proses drama Bunga Akhir Abad

Ujian mid semester kelas menulis kreatif adalah ujian yang sangat menyenangkan bagi saya. Drama! Yeah, drama. Saya suka sekali drama, dan saya suka menjadi karakter antagonis. Hahahaha! Buhuahahahaha(tawa jahat)! Mungkin kesukaan saya terhadap drama terutama sebagai karakter antagonis ini diturunkan oleh bapak saya. Beliau pada masa mudanya sering tampil dalam drama di desa kami. Bapak antara lain memerankan orang yang akan membanting lampu duduk bila hutangnya tidak dibayar (my father hit the table before it was cool), tokoh maling yang tertusuk pisau, dan orang yang bangkit dari kematian.

Oke, jangan hiraukan bapak saya. Masih ingatkah dengan nama kelompok saya? Kelompok Merlin’s Beard. Anggota kelompok kami pun banyak yang lupa dengan nama kelompoknya. Kami harus mementaskan cerita Tetralogi Buru (Bumi Manusia) yang sudah kami baca kemarin. Seperti yang sudah saya tulis dalam curhatan tentang tetralogi Buru sebelumnya, saya membaca keempat novel itu hampir sebulan, tidak lebih. Hanya Bumi Manusia yang harus saya dapatkan dengan susah payah di Solo, namun saya puas dapat menyelesaikan tugas membaca keempat novel itu dalam waktu yang ditentukan. Novel yang harus kami baca ini hendaknya diadaptasi menjadi drama untuk ujian mid semester. Kata mbak Astrid, ceritanya boleh bergenre apa saja, mau memasukkan alien atau Annelies dijadikan Sadako di dalamnya juga boleh. -_-
Ketika mbak Astrid dan mbak Abmi memberikan tugas itu, kami dikumpulkan di panggung terbuka dan berkumpul dengan kelompok masing-masing. Ada reporter dari sebuah stasiun TV (TV apa sih itu?) yang merekam kuliah kami hari itu dan menanyakan bagaimana kuliah menulis kreatif ini, bagaimana mbak Astrid di mata kami. Uwooo… oke, abaikan dulu para reporter itu. Berbagai macam ide muncul pada musyawarah pertama itu. Saya sudah begitu bersemangat untuk mengajukan ide tentang Prinses van Kasiruta yang menembak gerombolan Robert Suurhof, namun rupanya ide itu tidak bisa masuk dalam skrip. Terlalu panjang jika harus menjelaskan tentang Prinses. Dari teman yang lain muncul pula ide tentang kisah cinta Minke dan Annelies, namun karena saya tidak suka Annelies saya tidak setuju. Tepong muncul pada pertengahan kuliah dan mengusulkan cerita flashback tentang pemecatan Minke dari HBS setelah pernikahan Annelies. Kuliah pun diakhiri tanpa kepastian tentang cerita yang akan dipentaskan. Janji latihan pun tinggal janji, minggu berikutnya kami masih sibuk dengan ujian mid yang menyiksa sehingga kami belum sempat mengerjakan drama itu padahal minggu lusa kami sudah harus tampil.
Kami baru mulai serius menulis skrip drama yang akan dipakai sungguhan 3 hari sebelum pementasan. Kecuali Rades dan Bodong, anggota lainnya lumayan berperan dalam pembuatan naskah. Tapi tidak apa-apa, mereka berdua yang notabene tidak membaca novel diberi peran yang lumayan banyak. Itu sudah kami anggap adil. Hahaha. Setelah bahas sana bahas sini, dipakailah cerita tentang asmara Minke dan Annelies, dari pertemuan mereka di Boerderij Buitenzorg, pernikahan mereka, flashback kedatangan Maurits Mellema hingga akibatnya yaitu Annelies harus dibawa ke Belanda. Berikut adalah daftar pemeran dalam drama singkat ini, ada yang merangkap menjadi 2 karakter.
·         Minke diperankan oleh Adib (biasa dipanggil Bodong).
·         Annelies diperankan oleh Danik.
·         Nyai Ontosoroh diperankan oleh mbak Sita (kakak kelas, angkatan 2007).
·         Robert Suurhof dan Herman Mellema diperankan oleh Rades (tak apalah, bapak anak).
·         Robert Mellema diperankan oleh Tepong (dafuq did I just type?!) dan juga beberapa menit sebagai Darsam tanpa dialog (cuma pamer parang).
·         Narator/suara hati Minke disuarakan oleh Tepong.
·         Bundanya Minke dan Nyonya Eropa yang menjemput Annelies diperankan oleh Ayu.
·         Ir. Maurits Mellema (antagonis merangkap wardrobe dan operator backsound) diperankan oleh saya.
·         Undangan manten Minke dan Annelies diperankan oleh teman-teman kelompok lain. Obok (Probo) memang so gay, dia mencium Bodong saat adegan salam-salaman. Fffuuu DX
Saya tentu saja paling semangat dengan urusan kostum. Hahaha! Kostum gothic lolita saya bisa dipakai untuk Annelies (yah, walaupun saya kurang menyukai karakter itu, tapi karena Dani yang memerankannya oke-oke saja). Kebetulan saya juga punya baju safari yang dibuat oleh bapak saya dulu. Hampir semua kostum yang diperlukan bisa saya usahakan tanpa mengeluarkan biaya. Teman-teman lainnya memakai pakaian mereka sendiri sebagai kostum. Untaian bunga melati untuk kalung Minke saat di pelaminan pun dibuat Ayu dari sobekan kertas. -_-
Pembuatan naskah drama merupakan hal yang gampang-gampang susah dilakukan. Kalau ditulis tangan kelihatannya sudah banyak, ternyata kalau diketik masih sangat sedikit dan garing. Maka dua hari sebelum pementasan kami memperbaiki naskah tersebut hingga benar-benar pas dan tidak terlalu garing. Saya menambahi sedikit adegan 2 dan menulis untuk adegan 3, adegan saat saya naik panggung dan mencaci maki orang. :p (Naskah yang saya kerjakan bisa dilihat pada post selanjutnya. :3) Karena Tepong muncul sangat sebentar dan hanya membaca narasi serta epilog, saya mengusulkan pada Danik untuk menukar peran Tepong dan Bodong pada adegan pertama, Tepong menjadi Minke dan Bodong menjadi Robert Mellema, namun Danik berkeberatan karena pasti Bodong akan bingung (oke, saya tak berpikir sejauh itu namun langsung setuju tentang Bodong -_-).
Celakanya, pada awal latihan yang dilaksanakan sehari sebelum pementasan, 2 orang yaitu Bodong dan Tepong berhalangan hadir. Saya, Danik, Ayu, Rades, dan mbak Sita latihan hanya berlima dan saya merasa cemas dengan tidak munculnya kedua orang tersebut. Bodong tidak muncul pagi harinya, baru muncul pada pukul 11.00 dan langsung berkata bahwa dia hanya bisa latihan sampai jam 4 (mulai latihan direncanakan pukul 3 setelah Minke muncul). Alhamdulillah kuliah jam 1 diakhiri pukul 13.45 sehingga kami bisa langsung latihan meskipun Tepong belum muncul. :’) Kemudian sekitar pukul 14.30 Tepong akhirnya muncuuuuul… Yeeeay \(ToT)/
Kelompok kami pun lengkap dan kami latihan dengan gembira (ya iyalah gembira, si Bodong aktingnya terlalu konyol). Setelah diusir dari kelas B107 oleh bapak-bapak juru kunci, kami pindah ke panggung terbuka dan mengulang latihan dari awal. Kami juga memutuskan untuk membawa teks ketika pentas besok, daripada akting kami menjadi canggung di atas panggung nanti. Sungguh, saya bersemangat sekali mengurus drama ini. :’) Hanya 1 yang disayangkan, Tepong tidak mempunyai kostum orang Madura sebagai Darsam.
Hari H drama, tanggal 25 April pagi, saya membawa banyak kostum cadangan yaitu kebaya putih dan baju safari pendek abu-abu untuk Tepong sebagai Robert Mellema. Hal yang mengkhawatirkan terjadi. Danik SMS, minta dibawakan rok putih untuk Ayu. Wah, padahal kemarin Ayu bilang akan membawa rok sendiri. Kesulitan itu teratasi ketika kami sudah berkumpul dan Ayu ternyata membawa roknya sendiri yang sempat ketlingsut di dalam kotak. Seperti kemarin, kami pun menunggu Bodong dan Tepong datang belakangan. Kami ribut saling menyuruh Bodong segera berangkat karena kemarin dia mengatakan akan begadang nonton Liga Champion jadi minta dibangunkan keesokan paginya.
Setelah anggota kami lengkap, kami berlatih 1 kali di selatan laboratorium komputer sebelum tampil termasuk memilih dan menentukan backsound. Backsound yang kami gunakan yaitu:
·         Loving You, instrumental romantis untuk adegan Minke dan Annelies berjalan-jalan.

·         Degung Instrumental Bali Wakarete mo Sukina Hito untuk adegan resepsi.
·         The 6 Station, instrumental galau untuk kegalauan Nyai dan Minke tentang keputusan pengadilan.
·         Psycho, musik instrumental sedih untuk adegan kepergian Annelies.
Kemudian kami turun ke Panggung Terbuka FIB, bersiap-siap tampil, dan menata posisi di panggung. Tepong membawa parang sungguhan, lho… >o< Terjadi delay sejam karena sempat juga kami menunggu Bodong yang kabur ke toilet lama sekali sebelum drama, tampaknya karena gugup (sungguh manusia yang merepotkan…). Drama pun dimulai. Judulnya Bunga Akhir Abad, baru tercetus semenit sebelum kami tampil.
Dalam proses akting ternyata Danik tidak mau ganti dengan baju gothic lolita sebagai baju pengantin. Mbak Sita juga ternyata memakai celana panjang, bukan kain jarik. Ternyata para pemeran wanita lumayan ribet jika harus ganti-ganti kostum. Wah… :’( Sebenarnya tidak apa-apa, kelompok sebelahpun hanya memakai pakaian sehari-hari. :D Selain itu semuanya baik-baik saja menurut saya, kostumnya sudah pas. Saya sendiri, yang tampil tidak sampai lima menit, malah berkostum lengkap. Over all drama berjalan lancar, penonton heboh melihat kelucuan Bodong, akting kami pun lumayan, hanya kelebihan beberapa menit untuk mengurus tetek bengek macam pergantian karakter dan penataan posisi. Suara teman-teman sepertinya terlalu pelan ketika berakting atau hanya karena saya berteriak-teriak di atas panggung? Menurut saya, drama kami akan lebih sempurna kalau kami menghapalkan dialog, tapi saya sudah cukup puas secara keseluruhan.
Selepas drama selesai saya tiba-tiba merasa sangat tidak enak hati, lapar dan haus (karena sedang nyaur hutang puasa dan drama dilakukan di bawah kanopi yang panas), dan pusing. Aaaah, mungkin hanya karena pergantian kostum tidak bisa dilakukan. Tidak apa-apa. Sampai di rumah saya masih tidak enak hati namun segera tidur untuk melupakan kelelahan saya, seperti Suurhof melupakan cintanya yang tak sampai kepada Annelies (cieee cieee).
Oke, di akhir review, seperti dalam pelajaran sekolah, nilai-nilai yang bisa saya petik adalah drama ini menyatukan anggota kelompok yang awalnya terikat gengsi masing-masing. Kami bekerjasama mengerjakan naskah, saling mengoreksi, memberi saran, dan melakukan yang terbaik bagi drama kelompok kami. Saya akui saya menjadi lebih dekat dengan teman-teman yang awalnya kurang komunikatif. :D Alhamdulillah mbak Sita sangat rajin latihan dan sangat berperan besar bagi pembuatan naskah kami. Yah, stereotipe kakak kelas yang tidak mau bekerjasama tidak berlaku bagi mbak Sita. Thank you so much, mbak! :D Hal yang perlu dikoreksi hanyalah kehadiran Tepong dan Bodong dalam kelompok, semoga kalau ada kerja kelompok lagi mereka lebih bisa diandalkan. -_-
Jujur saja, karena saya sangat menyukai drama, saya ingin tampil dalam drama lagi. Belum puas dengan penampilan saya yang sedikit ituuuu. :’( Semoga saja usul mbak Astrid bagi kelas untuk membuat drama Tetralogi Buru bisa direalisasikan. :’(
Pokoknya drama kami ini membuat penonton senang, mbak-mbak dosen senang, aktor senang, semua senang. Yeeeey :D

Stereotypes

I bold all that apply to me.

I’m SKINNY, so I MUST be anorexic.
I’m EMO, so I MUST cut my wrist.
I’m a NEGRO, so I MUST carry a gun.
I’m BLONDE, so I MUST be a ditz.
I’m JAMAICAN, so I MUST smoke weed.
I’m HAITIAN, so I MUST eat cat.
I’m ASIAN, so I MUST be sexy.
I’m JEWISH, so I MUST be greedy.
I’m GAY, so I MUST have AIDS.
I’m a LESBIAN, so I MUST have a sex-tape.
I’m ARAB, so I MUST be a terrorist.
I SPEAK MY MIND, so I MUST be a bitch.
I’m a CHRISTIAN, so I MUST think gaypeople should go to hell.
I’m a GAY RIGHTS SUPPORTER, so I WILL go to hell.
I’m RELIGIOUS, so I MUST shove my beliefs down your throat.
I’m ATHEIS, so I MUST hate the world.
I DON’T HAVE A RELIGION, so I MUST be evil and have no morals.
I’m REPUBLICAN, so I MUST not care about poor people.
I’m DEMOCRAT, so I MUST not believe in being responsible.
I’m LIBERAL, so I MUST be gay.
I live in the SOUTH, so I MUST be white trash.
I TAKE (or used to take) ANTI-DEPRESSANTS, so I MUST be crazy.
I’m a GUY, so I MUST only want to get into your pants.
I’m IRISH, so I MUST have a bad drinking problem.
I’m INDIAN, so I MUST own a convenient store.
I’m NATIVE AMERICAN, so I MUST dance around a fire screaming like a savage.
I’m a CHEERLEADER, so I MUST be a whore.
I’m a DANCER, so I MUST be stupid, stuck up, and a whore.
I wear SKIRTS a lot, so I MUST be a slut.
I’m a PUNK, so I MUST do drugs.
I’m RICH, so I MUST be a conceited snob.
I WEAR BLACK, so I MUST be a goth or emo.
I’m a WHITE GIRL, so I MUST be a nagging, steal-your-money kind of girlfriend.
I’m CUBAN, so I MUST spend my spare time rolling cigars.
I’m NOT A VIRGIN, so I MUST be easy.
I FELL IN LOVE WITH A MARRIED MAN, so I MUST be a home-wrecking whore.
I’m a TEENAGE MOM, so I MUST be an irresponsible slut.
I’m POLISH, so I MUST wear my socks with my sandals.
I’m ITALIAN, so I MUST have a “big one”.
I’m EGYPTIAN, so I MUST be a terrorist.
I’m PRETTY, so I MUST not be a virgin.
I HAVE STRAIGHT A’S, so I MUST have no social life.
I DYE MY HAIR CRAZY COLORS, so I MUST be looking for attention.
I DRESS IN UNUSUAL WAYS, so I MUST be looking for attention.
I’m INTO THEATRE and ART, so I MUST be a homosexual.
I’m a VEGETARIAN, so I MUST be a crazy political activist.
I HAVE A BUNCH OF GUY FRIENDS, so I MUST be fucking them all.
I HAVE A BUNCH OF GIRLS WHO ARE FRIENDS, so I MUST be a player.
I have BIG BOOBS, so I MUST be a hoe.
I’m COLOMBIAN, so I MUST be a drug dealer.
I WEAR WHAT I WANT, so I MUST be a poser.
I’m RUSSIAN, so I MUST be a Nazi.
I hang out with GAYS, so I MUST be GAY TOO.
I’m BRAZILIAN, so I MUST have a BIG BUTT.
I’m PUERTO RICAN, so I MUST look good and be conceited.
I’m SALVADORIAN, so I MUST be in MS 13.
I’m POLISH, so I MUST be greedy.
I’m HAWAIIAN, so I MUST be lazy.
I’m PERUVIAN, so I MUST like llamas.
I’m a STONER, so I MUST be going in the wrong direction.
I’m a VIRGIN, so I MUST be a prude.
I’m STRAIGHT EDGE, so I MUST be violent.
I’m a FEMALE GAMER, so I MUST be ugly… or crazy.
I’m BLACK, so I MUST love fried chicken and kool-aid.
I’m a GIRL who actually EATS LUNCH, so I MUST be fat.
I’m SINGLE, so I MUST be ugly.
I’m a SKATER, so I MUST do weed and steal stuff.
I’m a PUNK, so I MUST only wear black and date only other punks.
I’m ASIAN, so I MUST be a NERD that does homework 24/7.
I’m CATHOLIC, so I MUST hate homosexuals.
I’m MIXED, so I MUST be screwed up.
I’m MUSLIM, so I MUST be a terrorist.
I’m in BAND, so I MUST be a dork.
I’m BLACK, so I MUST believe Jesus wuz a brotha.
I’m MORMON, so I MUST be perfect.
I’m WHITE and have black friends, so I MUST think I’m black.
I’m GOTH, so I MUST worship the devil.
I’m HISPANIC, so I MUST be dirty.
I’M NOT LIKE EVERYONE ELSE, so I MUST be a loser.
I’m OVERWEIGHT, so I MUST have a problem with self control.
I’m PREPPY, so I MUST shun those who don’t wear Abercrombie & Hollister.
I’m on a DANCE TEAM, so I MUST be stupid, stuck up, and a whore.
I’m YOUNG, so I MUST be naïve.
I’m MEXICAN, so I MUST have hopped the border.
I’m BLACK, so I MUST love watermelon or fried chicken.
I’m BI, so I MUST think every person I see is hot.
I’m an ASIAN GUY, so I MUST have a “small one”.
I’m a GUY CHEERLEADER, so I MUST be gay.
I’m a PREP, so I MUST be rich.
I DON’T LIKE THE SUN, so I MUST be an albino.
I HAVE A LOT OF FRIENDS, so I MUST love to drink and party.
I’M A GUY THAT WEAR TIGHT PANTS, so I MUST be emo.
I COULDN’T HURT A FLY, so I MUST be a pussy.
I HANG OUT WITH DRINKERS AND SMOKERS, so I MUST drink and smoke too.
I HAVE ARTISTIC TALENT, so I MUST think little of those who don’t.
I DON’T LIKE to be in a BIG GROUP, so I MUST be anti-social.
I HAVE A DIFFERENT SENSE OF HUMOR, so I MUST be crazy.
I TELL PEOPLE OFF, so I MUST be an over controlling bitch.
My hair gets GREASY a lot, so I MUST have no hygiene skills.
I’m DEFENSIVE, so I MUST be over controlling and a bitch.
I’m a NUDIST, so I MUST want everyone to see my boobs.
I READ COMICS, so I MUST be a loser.
I HANG OUT WITH A FORMER PROSTITUTE, so I MUST be a whore myself.
I’m TEXAN, so I MUST ride a horse.
I’m a GOTH, so I MUST be a satanist.
I’m a CROSSDRESSER, so I MUST be homosexual.
I’m INTELLIGENT, so I MUST be weak.
I’m AMERICAN, so I MUST be obese, loud-mouthed, and arrogant.
I’m WELSH, so I MUST love sheep.
I’m a YOUNG WRITER, so I MUST be emo.
I’m CANADIAN, so I MUST talk with a funny accent.
I’m a GUY, so I MUST ditch my pregnant girlfriend.
I’m CANADIAN, so I MUST love hockey and beavers.
I’m DISABLED, so I MUST be on Welfare.
I’ a FEMINIST, so I MUST have a problem with sexuality and I want to castrate every man on the earth.
I’m a TEENAGER, so I MUST have a stereotype.
I WEAR A BIG SUNHAT when I go outside, so I MUST be stupid.
I like BLOOD, so I MUST be a vampire.
I’m an ALBINO, so I MUST be an evil person with mental abilities and is a murderer.
I’m ENGLISH, so I MUST speak with either a cockney or posh accent, love tea and cricket, and have bad teeth.
I’m WHITE, so I MUST be responsible for everything going wrong on the planet: past, present, and future.
I DON’T LIKE YAOI OR YURI, so I MUST be a homophobe.
I’M NOT in the most POPULAR person in school, so I MUST be a loser.
I CARE ABOUT ENVIRONMENT, so I MUST be a tree hugging hippie.
I HAVE A FAN CHARACTER, so I MUST be an annoying Mary-sue.
I CHAT, so I MUST be having cyber sex.
I’m PAGAN, so I MUST sacrifice babies and drink the blood of virgins.
I’m PAGAN, so I MUST worship satan.
I’m CONSERVATIVE, so I MUST be against abortion.
I’m SWEDISH, so I MUST be a tall blond blue-eyed lesbian.
I’m a LESBIAN, so I MUST want to get with every single girl that I see.
I like CARTOONS, so I MUST be irresponsible.
I like READING, so I must be a loner.
I have my own spiritual ideology, therefore I MUST be wrong or misguided.
I’m WICCAN, so I MUST be a satanist.
I DISAGREE with my GOVERNMENT, so I MUST be a terrorist.
I’m a WITCH, so I MUST be an old hag and fly on a broomstick.
I LOVE YAOI, so I MUST be gay.
I DON’T CURSE, so I MUST be an outcast.
I like GAMES, ANIME, and MANGA, so I MUST be childish.
I’m SWEDISH, therefore I MUST be white.
I SPOT GRAMMATICAL ERRORS, so I MUST be a pedantic bastard.
I’m GOTHIC, so I MUST be mean.
I’m STRONG, so I MUST be stupid.
I’m AUSTRALIAN, so I MUST hunt crocodiles and talk to kangaroos.
I write LEMONS, so I MUST be a twisted pervert.
I wear GLASSES, so I MUST be a dork or nerd.
I’m a FEMALE BLACK BELT, so I MUST take steroids.
I can’t SPELL, so I MUST be retarded.
I like to be WEIRD, so I MUST be smoking weed.
I’m BELIEBER, so I MUST be crazy, little, and obsessed kid.
I’m a PERSON so I MUST be labeled.
I’m HUMAN, so I MUST be judged.
Category: 0 comments