Menurutku, teknologi membuat kita menjadi orang yang
individualis.
Aku teringat ketika SD dulu aku pernah mempunyai
sahabat pena. Ada yang ingat dengan istilah tersebut? :D Sahabat pena adalah
teman-teman yang kita hubungi melalui surat-menyurat, atau bahasa gaulnya pen-pals. Aku kangen dengan
sahabat-sahabat penaku. Ketika itu, ketika handphone
dan social media belum aku kenal,
berkirim surat rasanya asyik sekali. Beberapa bulan yang lalu aku iseng-iseng mencari
sahabat penaku di facebook, kemudian aku add
dengan message bahwa aku adalah
sahabat penanya dulu, namun dia belum menerima permintaanku menjadi teman.
Mungkin karena aku menggunakan nama samaran atau memang dia orangnya selektif
dalam menerima permintaan menjadi teman, seperti aku. :p
Kegiatan surat-menyurat itu dimulai ketika suatu hari
ada surat yang datang ke rumahku. Saat itu aku masih duduk di bangku SD, tapi jujur
saja aku lupa kelas berapa saat itu (dari cap perangko yang aku lihat di
surat-surat tadi sepertinya surat pertama datang tahun 2003, berarti sekitar
aku kelas 3-4). Mereka bilang mereka mendapatkan alamatku dari majalah Bobo.
Ingat dong surat-surat pembaca yang dimuat di Bobo, yang antara lain
mengkritisi isi Bobo? Nah, aku adalah salah satu kritikus melalui surat. :P Aku
tidak bisa membiarkan plagiatisme merajalela di majalah anak-anak terbaik di
Indonesia ini, makanya aku mengirim surat yang memberitahu redaksi Bobo bahwa
ada puisi yang dimuat di Bobo hasil plagiat dari buku paket kelas 1 SD. Aku
ingat sekali nama orang yang memplagiatnya. Aku juga ingat sekali suratku saat itu kutulis di atas kertas kecil
dengan tinta biru. Nekat saja, kukirim surat itu ke Jalan Palmerah Selatan
no.22 Jakarta 10270.
Waktu SD, setiap minggu aku rajin membeli majalah Bobo.
Hanya kadang-kadang saja terlewat satu edisi. Mungkin di salah satu edisi yang
aku lewatkan itulah suratku dimuat. Aku sendiri tidak pernah membaca surat
kritikanku di majalah Bobo. Aku pernah mencarinya di Bobo milik tetanggaku yang
berlangganan majalah tersebut tapi nggak ketemu juga. Ya sudahlah, itu tidak
masalah, yang penting bisa menambah banyak teman. Aku juga mengirim surat
kepada pembaca tabloid Fantasi yang bernama Anggra untuk bertukar poster map
atau pin up, namun sayangnya dia tidak membalas suratku lagi.
Sahabat penaku yang terasa paling akrab dan suratnya
lumayan banyak adalah Dian Ayu Hapsari, Hemashita Nugraheni, dan Nicole Melisa
Natasha Mumek. Yang terakhir ini sebenarnya sahabat pena temanku, Rini
Anitasari (yang ketularan mencari sahabat pena gara-gara aku). Dari biodata
yang dikirim ke Rini aku lihat Melisa ini jepang-jepangan banget. Aku jadi
heboh dan ikutan mengirim surat kepada Melisa. Dia orangnya talkative dan dengan bebas cerita-cerita
soal cowok pada umur kami yang saat itu mungkin baru 12 tahun. Hahaha… Tulisan
Melisa bagus banget, dia juga sering menggambar karakter manga di suratnya.
Kertas suratnya saja gambar anime. Ah, pokoknya dia benar-benar otaku. Dialah yang berhasil aku temukan
FBnya namun tidak pernah menerimaku menjadi teman.
Aku kangen Melisa. Aku kangen berkirim surat dengan
orang-orang yang ingin menjadi temanku. Aku kangen menunggu surat balasan
datang.
5 comments:
haloo.. ini saya melisa natasha mumek, sahabat pena kamu dulu.. apa kabar? hahaha.. nama kamu di FB siapa? soalnya pengalaman friendster pernah di hack, jd aku agak hati'' di facebook ;)
hehehehe
haloo..ini saya melisa natasha mumek.. apa kabar? :D
aku kaget banget ngeliat posting kamu..hahaha
oiya nama FB kamu apa? biar aku add.. ^^
salam kenal kembali..
halo melisa :D
maaf ya kalo postingannya agak ofensif :P tapi maksudku bukan gitu...
FBku Yuuki Raven, aku cari FB kamu ya :)
waa so sweet juga
mau dunk, jadi sahabat email kamu....
emailnya apa?
Posting Komentar