aku kembali dengan label FANFIC!!! uwahahaha~
setelah fic Loveless lalu kehilangan ide, akhirnya bisa nulis ini fic lagi walopun cuma one-shot XPcekidot minna san, my second fic.
====================================================
Kienai de ite ne… Yuki…
My first Cardcaptor Sakura fanfic, Touya X Yue, dengan judul dan kutipan yang diambil dari puisi Sapardi Djoko Damono.
My first Cardcaptor Sakura fanfic, Touya X Yue, dengan judul dan kutipan yang diambil dari puisi Sapardi Djoko Damono.
Rated : T
Genre :
Romance
Disclaimer : Cardcaptor Sakura milik CLAMP dan Aku Ingin milik Sapardi Djoko Damono
Aku Ingin
Aku ingin
mencintaimu dengan sederhana…
Ketika jemarinya menari di atas tuts-tuts piano itu, Touya teringat akan
ibunya. Ibunya yang begitu cantik dan penuh kasih sayang. Nadeshiko, ibunya
yang telah meninggalkan dunia ini; meninggalkan semua kenangan dan
kesempatannya untuk dicintai lebih banyak orang; meninggalkannya.
Ibunya yang mengajarinya segala melodi indah yang tengah dimainkannya itu,
pun tentang melodi-melodi kehidupan.
Meskipun dia masih bisa melihat kecantikannya saat ini, tetap saja rasa
bahagia itu tidaklah sama. Sebab dia hanya merasakan kebahagiaan itu sendiri.
…dengan kata yang
tak sempat diucapkan…
“Onii-chan, tolong mainkan lagu itu sekali lagi!”
Maka aku memainkannya.
Meskipun kaupun telah meninggalkanku, Sakura. Mungkin kau tidak mengerti
betapa aku menyayangimu. Kau terus saja merasa kesal padaku.
Ketika jemari Touya kembali menjamah tiap tuts piano itu untuk Sakura,
dia merasa kebahagiannya itu tak lengkap… Tersayat hatinya mengingat lagu yang
dipersembahkannya untuk Sakura itu akan diberikannya kepada orang lain : kakek
ibu mereka.
…kayu kepada api
yang menjadikannya abu.
Touya tahu, dalam lubuk hatinya yang terdalam dia mengetahui bahwa tak
ada yang dapat menyembuhkan luka hatinya atas kehilangan itu. Tidak Kaho
Mizuki, Yoko, maupun bayangan ibunya… Tidak ada yang dapat mengobati hatinya,
menjadi tempatnya bersandar.
Touya mengerti, dengan sepenuh hatinya dia mengerti apa arti kesepian
itu. Ketika satu persatu meninggalkannya : ibunya, Kaho, dan demikian pula
Sakura… dia mengerti bahwa dia tak bisa menangis meskipun hatinya terluka.
Tak bisa jika Yukito ada di sisinya.
Touya memahami, bahwa sekalipun Sakura tampak begitu menyukai Yukito,
bukanlah kecemburuan yang tetap mengikatnya dengan sahabatnya itu…
Touya tidak mengerti
apa yang membuatnya terikat
tanpa paksaan dengan Yukito.
Aku ingin
mencintaimu dengan sederhana…
“Yuki, belakangan ini kau sungguh aneh,” kataku tanpa bisa menyembunyikan
kekhawatiran itu.
“Tidak apa-apa,” sahutnya sambil tersenyum. “Aku merasa sedikit mengantuk.”
Senyum itu… mengapa selalu saja senyum itu…
Aku tidak mengerti…
Ketika Touya sekali lagi memainkan melodi yang diracik oleh ibunya itu di
depan Yukito, ada berjuta kata yang tak sanggup disampaikannya pada sahabatnya
itu. Namun bukan karena Akizuki tiba-tiba muncul… Bukan, bukanlah itu…
Mungkinkah bisa kuungkapkan sementara… aku belum mengerti mengapa?
…dengan isyarat
yang tak sempat disampaikan…
“Touya…”
Aku merasa begitu lega ketika Yuki bisa membuka matanya dan memanggil
namaku. Dia tampak begitu lemah, dan dengan matanya yang sayu dilayangkannya
pandangan penuh tanya.
“Apakah aku jatuh tertidur lagi?”
Bagian tubuh Yuki yang tidak tertutup selimut mulai berubah menjadi warna
seprai yang ada di bawahnya.
“Yuki, dalam keadaan seperti ini, kau akan menghilang,” bisikku. “Aku…
tidak ingin hal itu terjadi.”
“Mengapa aku harus menghilang?”
“Karena kau tidak menyadarinya,” jawabku. Yuki membuka matanya untuk
menatapku. “Aku tahu bahwa kau…”
Apakah aku bisa mengatakannya sekarang? Kepada Yuki yang tidak mengetahui
apapun?
Apakah aku harus melukai hatinya? Dan hatiku sendiri?
“Dengarkan,” aku duduk dan menyentuh pipinya. Berhentilah membuatku khawatir. “Aku tahu bahwa kau bukan manusia,”
lanjutku, rasa perih membayangi hatiku, “karena itu kau tidak perlu
menyembunyikannya dariku.”
Aku tahu, Yuki, tapi aku tidak mengerti.
…awan kepada
hujan yang menjadikannya tiada.
“Lebih dari semua orang, Yukito tidak ingin kau tahu,” kata sosok rupawan
itu. “bahwa dia bukanlah manusia, melainkan hanya bentuk sementara.”
Namun aku tahu, meskipun aku tidak mengerti mengapa hatiku pedih.
“Jika aku bisa menggunakan seluruh kekuatanku untuk mencegah Yuki
menghilang,” kataku pelan, “Aku akan memberikan semuanya.”
Ya, bisikku. Jika dengan begitu kau akan baik-baik saja, maka
ambillah, Yuki… Aku adalah milikmu…
Yue… dia sungguh menyadarkanku.
Saat Yue menyentuh lembut bahu Touya, Touya merasa lemah. Aku mengerti
bahwa aku harus melindunginya.
Saat jarak menghilang di antara keduanya, Touya merasa kuat. Dan kekuatan
itu kuberikan hanya padamu.
Saat aku mulai terjatuh, sebelum semuanya gelap, aku merasa lega… karena
aku telah mengerti bahwa Yuki adalah jawaban yang membuat jiwaku tenang.
Aku ingin mencintaimu
dengan sederhana.
070312
========================================================================
bisa juga dilihat dan direview di page fanfic saya ini di FFN *iklan* ^_^v
0 comments:
Posting Komentar