Buku lain yang mempengaruhi saya adalah manga
Nijuu Seiki Shounen-Nijuuichi Seiki
Shounen (20th Century
Boys-21st Century Boys) yang dibuat oleh Naoki Urasawa. Manga ini adalah manga paling complicated
yang pernah saya baca. Gambarnya sederhana dan realistis, dan harus dibaca dari
awal hingga akhir untuk bisa mengerti jalan ceritanya. Pada pertama kali
membaca, saya masih kurang mengerti beberapa hal hingga harus membaca lagi
hingga 3 kali baru bisa mengerti semua detil.
Diceritakan
seorang pemuda bernama Endou Kenji yang berusia menjelang 30 tahun yang
menjalankan usaha minimarket di rumahnya. Dia mengurus minimarket itu bersama
ibunya sambil mengasuh balita bernama Kanna, anak dari kakak perempuannya yang
tiba-tiba pergi dari rumah beberapa tahun sebelumnya. Kehidupan Kenji biasa-biasa
saja hingga suatu hari di tahun 1997 sebuah keluarga pelanggan minimarket itu menghilang
secara misterius. Kejadian itu mengawali kejadian-kejadian lain yang makin lama
makin mengerikan. Sosok misterius bertopeng yang menamakan diri Tomodachi (Sahabat) muncul pada tahun
tersebut, memimpin suatu sekte yang merekrut banyak orang, mayoritas mahasiswa.
Meresahkan bagi Kenji karena topeng yang dipakai oleh Tomodachi dibubuhi simbol
yang diciptakan Kenji bersama sahabat-sahabatnya ketika mereka masih SD pada
era 1970-an. Simbol itu bahkan telah dilupakan Kenji hingga akhirnya sosok
misterius itu muncul. Bersama simbol tersebut mereka menulis sebuah Yoken no Sho (Buku Ramalan) berisi
bencana-bencana yang dalam imajinasi cilik mereka terlihat “keren” jika terjadi
di dunia. Mau tidak mau Kenji harus mengumpulkan kembali memori masa kecilnya
untuk menyelidiki siapa Tomodachi, apakah salah satu sahabat masa kecilnya atau
bukan. Bencana-bencana dalam Yoken no Sho mulai terjadi satu persatu, mula-mula
di luar Jepang, hingga puncaknya adalah peristiwa Bloody New Year’s Eve 2000 di
Jepang, saat Tomodachi menyebarkan virus berbahaya dengan sebuah balon yang
menyerupai robot. Pada malam tahun baru berdarah itu Kenji tiba-tiba menghilang.
Manga ini menjadi manga
paling luar biasa bagi saya. Sepanjang ceritanya banyak tokoh bermunculan yang
ternyata semuanya saling terkait. Tidak ada tokoh yang tidak kebagian peran.
Meskipun mungkin mereka baru bertemu pada masa dewasa mereka dengan nama
berbeda, ternyata semasa kecil mereka telah saling mengenal dengan baik. Bagian
yang paling berkesan bagi saya adalah kisah tentang Sada Kiyoshi (Sadakiyo)
teman Kenji semasa SD. Dia bersekolah di SD tersebut hanya saat kelas 5
semester pertama dan dalam waktu yang sangat singkat itu dia tidak mempunyai
teman. Lebih parahnya, dia menjadi bulan-bulanan murid lain. Sadakiyo selalu
mengenakan topeng National Kid sehingga anak-anak lain tidak mengetahui seperti
apa wajahnya. Kenji sempat mengira bahwa Tomodachi adalah Sadakiyo karena
selalu mengenakan topeng. Sadakiyo dikabarkan telah mati ketika Kenji duduk di
bangku SMP, kemudian dikabarkan bahwa dia dimusnahkan oleh anak buah Tomodachi
belasan tahun setelah malam tahun baru berdarah, namun ternyata masih hidup dan
membantu Kenji dan kawan-kawan mengalahkan Tomodachi dari dalam bayang-bayang.
Sadakiyo mengira bahwa tak ada siapapun yang mengingat wajahnya, kenyataannya
Kenji dan semua sahabatnya mengingat Sadakiyo, juga gurunya semasa SD yang
telah tua renta pada malam dia dikabarkan telah dimusnahkan. Sadakiyo adalah
karakter yang polos dan hanya menginginkan orang lain berteman dengannya.
Saya
tidak ingin menambahkan pesan moral yang terlalu menggurui, namun manga ini menunjukkan indahnya persahabatan
terutama jika bisa terus terjalin hingga kita tidak muda lagi. Sebaliknya,
membayangkan bencana-bencana yang kita lihat di film terjadi sungguhan di dunia
nyata bukanlah ide yang baik. Kadang kita tidak tahu siapa lawan siapa kawan,
namun begitu seringnya kejahatan dilakukan oleh orang yang sangat dekat dengan
kita.
Manga ini mengubah pola pikir saya terhadap manga untuk pembaca dewasa yang pada umumnya saya anggap sebagai manga yang mengandung darah, kekerasan,
dan seks secara eksplisit. Naoki Urasawa menyuguhkan cerita yang kompleks dan
sarat akan muatan psikologis tanpa mengumbar erotisme. Jika ada kisah yang
membuat saya terus bertanya-tanya bagaimana kelanjutannya tanpa membuat saya
bosan, mungkin manga inilah
jawabannya. Memang ada beberapa kebosanan yang sempat melanda saya pada
pengisahan Kanna di tahun 2000-belasan, namun secara keseluruhan manga ini sangat asyik untuk dibaca.
Tentu
saja, bagian yang saya sukai dari manga
ini adalah pengisahan masa kecil Kenji dan teman-temannya. Saya sangat menyukai
zaman saat teknologi belum membuat manusia menjadi individualis. Saya suka
tahun 1970-an. ^_^ Selain itu, setelah membaca manga ini saya mulai menulis novel yang alur waktunya progress dan
regress. :D
Manga ini telah dibuat menjadi trilogi film: The Beginning of the End, The Last Hope, dan Redemption. Sedikit mengecewakan bagi saya karena ada beberapa
bagian dari film-film itu yang berbeda dari manganya. Meskipun begitu, para pemeran yang dipilih cukup mirip dengan karakter di komiknya :D
0 comments:
Posting Komentar