Ujian mid
semester kelas menulis kreatif adalah ujian yang sangat menyenangkan bagi saya.
Drama! Yeah, drama. Saya suka sekali drama, dan saya suka menjadi karakter antagonis.
Hahahaha! Buhuahahahaha(tawa jahat)! Mungkin kesukaan saya terhadap drama
terutama sebagai karakter antagonis ini diturunkan oleh bapak saya. Beliau pada
masa mudanya sering tampil dalam drama di desa kami. Bapak antara lain
memerankan orang yang akan membanting lampu duduk bila hutangnya tidak dibayar
(my father hit the table before it was
cool), tokoh maling yang tertusuk pisau, dan orang yang bangkit dari
kematian.
Oke, jangan
hiraukan bapak saya. Masih ingatkah dengan nama kelompok saya? Kelompok
Merlin’s Beard. Anggota kelompok kami pun banyak yang lupa dengan nama
kelompoknya. Kami harus mementaskan cerita Tetralogi Buru (Bumi Manusia) yang
sudah kami baca kemarin. Seperti yang sudah saya tulis dalam curhatan tentang
tetralogi Buru sebelumnya, saya membaca keempat novel itu hampir sebulan, tidak
lebih. Hanya Bumi Manusia yang harus saya dapatkan dengan susah payah di Solo,
namun saya puas dapat menyelesaikan tugas membaca keempat novel itu dalam waktu
yang ditentukan. Novel yang harus kami baca ini hendaknya diadaptasi menjadi
drama untuk ujian mid semester. Kata mbak Astrid, ceritanya boleh bergenre apa
saja, mau memasukkan alien atau Annelies dijadikan Sadako di dalamnya juga
boleh. -_-
Ketika mbak
Astrid dan mbak Abmi memberikan tugas itu, kami dikumpulkan di panggung terbuka
dan berkumpul dengan kelompok masing-masing. Ada reporter dari sebuah stasiun
TV (TV apa sih itu?) yang merekam kuliah kami hari itu dan menanyakan bagaimana
kuliah menulis kreatif ini, bagaimana mbak Astrid di mata kami. Uwooo… oke,
abaikan dulu para reporter itu. Berbagai macam ide muncul pada musyawarah
pertama itu. Saya sudah begitu bersemangat untuk mengajukan ide tentang Prinses
van Kasiruta yang menembak gerombolan Robert Suurhof, namun rupanya ide itu tidak
bisa masuk dalam skrip. Terlalu panjang jika harus menjelaskan tentang Prinses.
Dari teman yang lain muncul pula ide tentang kisah cinta Minke dan Annelies,
namun karena saya tidak suka Annelies saya tidak setuju. Tepong muncul pada
pertengahan kuliah dan mengusulkan cerita flashback
tentang pemecatan Minke dari HBS setelah pernikahan Annelies. Kuliah pun
diakhiri tanpa kepastian tentang cerita yang akan dipentaskan. Janji latihan
pun tinggal janji, minggu berikutnya kami masih sibuk dengan ujian mid yang
menyiksa sehingga kami belum sempat mengerjakan drama itu padahal minggu lusa
kami sudah harus tampil.
Kami baru mulai
serius menulis skrip drama yang akan dipakai sungguhan 3 hari sebelum
pementasan. Kecuali Rades dan Bodong, anggota lainnya lumayan berperan dalam
pembuatan naskah. Tapi tidak apa-apa, mereka berdua yang notabene tidak membaca
novel diberi peran yang lumayan banyak. Itu sudah kami anggap adil. Hahaha. Setelah
bahas sana bahas sini, dipakailah cerita tentang asmara Minke dan Annelies, dari
pertemuan mereka di Boerderij Buitenzorg, pernikahan mereka, flashback kedatangan Maurits Mellema
hingga akibatnya yaitu Annelies harus dibawa ke Belanda. Berikut adalah daftar
pemeran dalam drama singkat ini, ada yang merangkap menjadi 2 karakter.
·
Minke
diperankan oleh Adib (biasa dipanggil Bodong).
·
Annelies
diperankan oleh Danik.
·
Nyai
Ontosoroh diperankan oleh mbak Sita (kakak kelas, angkatan 2007).
·
Robert
Suurhof dan Herman Mellema diperankan oleh Rades (tak apalah, bapak anak).
·
Robert
Mellema diperankan oleh Tepong (dafuq did I just type?!) dan juga
beberapa menit sebagai Darsam tanpa dialog (cuma pamer parang).
·
Narator/suara
hati Minke disuarakan oleh Tepong.
·
Bundanya
Minke dan Nyonya Eropa yang menjemput Annelies diperankan oleh Ayu.
·
Ir.
Maurits Mellema (antagonis merangkap wardrobe dan operator backsound) diperankan oleh saya.
·
Undangan
manten Minke dan Annelies diperankan oleh teman-teman kelompok lain. Obok
(Probo) memang so gay, dia mencium
Bodong saat adegan salam-salaman. Fffuuu DX
Saya tentu saja
paling semangat dengan urusan kostum. Hahaha! Kostum gothic lolita saya bisa dipakai untuk Annelies (yah, walaupun saya
kurang menyukai karakter itu, tapi karena Dani yang memerankannya oke-oke
saja). Kebetulan saya juga punya baju safari yang dibuat oleh bapak saya dulu. Hampir
semua kostum yang diperlukan bisa saya usahakan tanpa mengeluarkan biaya. Teman-teman
lainnya memakai pakaian mereka sendiri sebagai kostum. Untaian bunga melati
untuk kalung Minke saat di pelaminan pun dibuat Ayu dari sobekan kertas. -_-
Pembuatan naskah
drama merupakan hal yang gampang-gampang susah dilakukan. Kalau ditulis tangan
kelihatannya sudah banyak, ternyata kalau diketik masih sangat sedikit dan
garing. Maka dua hari sebelum pementasan kami memperbaiki naskah tersebut
hingga benar-benar pas dan tidak terlalu garing. Saya menambahi sedikit adegan
2 dan menulis untuk adegan 3, adegan saat saya naik panggung dan mencaci maki
orang. :p (Naskah yang saya kerjakan bisa dilihat pada post selanjutnya. :3) Karena
Tepong muncul sangat sebentar dan hanya membaca narasi serta epilog, saya
mengusulkan pada Danik untuk menukar peran Tepong dan Bodong pada adegan
pertama, Tepong menjadi Minke dan Bodong menjadi Robert Mellema, namun Danik
berkeberatan karena pasti Bodong akan bingung (oke, saya tak berpikir sejauh
itu namun langsung setuju tentang Bodong -_-).
Celakanya, pada
awal latihan yang dilaksanakan sehari sebelum pementasan, 2 orang yaitu Bodong
dan Tepong berhalangan hadir. Saya, Danik, Ayu, Rades, dan mbak Sita latihan
hanya berlima dan saya merasa cemas dengan tidak munculnya kedua orang
tersebut. Bodong tidak muncul pagi harinya, baru muncul pada pukul 11.00 dan
langsung berkata bahwa dia hanya bisa latihan sampai jam 4 (mulai latihan
direncanakan pukul 3 setelah Minke muncul). Alhamdulillah kuliah jam 1 diakhiri
pukul 13.45 sehingga kami bisa langsung latihan meskipun Tepong belum muncul.
:’) Kemudian sekitar pukul 14.30 Tepong akhirnya muncuuuuul… Yeeeay \(ToT)/
Kelompok kami
pun lengkap dan kami latihan dengan gembira (ya iyalah gembira, si Bodong
aktingnya terlalu konyol). Setelah diusir dari kelas B107 oleh bapak-bapak juru
kunci, kami pindah ke panggung terbuka dan mengulang latihan dari awal. Kami
juga memutuskan untuk membawa teks ketika pentas besok, daripada akting kami
menjadi canggung di atas panggung nanti. Sungguh, saya bersemangat sekali
mengurus drama ini. :’) Hanya 1 yang disayangkan, Tepong tidak mempunyai kostum
orang Madura sebagai Darsam.
Hari H drama, tanggal
25 April pagi, saya membawa banyak kostum cadangan yaitu kebaya putih dan baju
safari pendek abu-abu untuk Tepong sebagai Robert Mellema. Hal yang
mengkhawatirkan terjadi. Danik SMS, minta dibawakan rok putih untuk Ayu. Wah,
padahal kemarin Ayu bilang akan membawa rok sendiri. Kesulitan itu teratasi
ketika kami sudah berkumpul dan Ayu ternyata membawa roknya sendiri yang sempat
ketlingsut di dalam kotak. Seperti
kemarin, kami pun menunggu Bodong dan Tepong datang belakangan. Kami ribut
saling menyuruh Bodong segera berangkat karena kemarin dia mengatakan akan
begadang nonton Liga Champion jadi minta dibangunkan keesokan paginya.
Setelah anggota
kami lengkap, kami berlatih 1 kali di selatan laboratorium komputer sebelum
tampil termasuk memilih dan menentukan backsound.
Backsound yang kami gunakan yaitu:
·
Loving You, instrumental romantis untuk adegan
Minke dan Annelies berjalan-jalan.
·
Degung
Instrumental Bali Wakarete mo Sukina Hito
untuk adegan resepsi.
·
The 6 Station, instrumental galau untuk kegalauan
Nyai dan Minke tentang keputusan pengadilan.
·
Psycho, musik instrumental sedih untuk adegan
kepergian Annelies.
Kemudian kami
turun ke Panggung Terbuka FIB, bersiap-siap tampil, dan menata posisi di
panggung. Tepong membawa parang sungguhan, lho… >o< Terjadi delay sejam karena sempat juga kami
menunggu Bodong yang kabur ke toilet lama sekali sebelum drama, tampaknya
karena gugup (sungguh manusia yang merepotkan…). Drama pun dimulai. Judulnya
Bunga Akhir Abad, baru tercetus semenit sebelum kami tampil.
Dalam proses akting
ternyata Danik tidak mau ganti dengan baju gothic
lolita sebagai baju pengantin. Mbak Sita juga ternyata memakai celana
panjang, bukan kain jarik. Ternyata para pemeran wanita lumayan ribet jika
harus ganti-ganti kostum. Wah… :’( Sebenarnya tidak apa-apa, kelompok
sebelahpun hanya memakai pakaian sehari-hari. :D Selain itu semuanya baik-baik
saja menurut saya, kostumnya sudah pas. Saya sendiri, yang tampil tidak sampai
lima menit, malah berkostum lengkap. Over
all drama berjalan lancar, penonton heboh melihat kelucuan Bodong, akting
kami pun lumayan, hanya kelebihan beberapa menit untuk mengurus tetek bengek
macam pergantian karakter dan penataan posisi. Suara teman-teman sepertinya terlalu
pelan ketika berakting atau hanya karena saya berteriak-teriak di atas
panggung? Menurut saya, drama kami akan lebih sempurna kalau kami menghapalkan
dialog, tapi saya sudah cukup puas secara keseluruhan.
Selepas drama
selesai saya tiba-tiba merasa sangat tidak enak hati, lapar dan haus (karena sedang
nyaur hutang puasa dan drama dilakukan di bawah kanopi yang panas), dan pusing.
Aaaah, mungkin hanya karena pergantian kostum tidak bisa dilakukan. Tidak
apa-apa. Sampai di rumah saya masih tidak enak hati namun segera tidur untuk
melupakan kelelahan saya, seperti Suurhof melupakan cintanya yang tak sampai
kepada Annelies (cieee cieee).
Oke, di akhir review, seperti dalam pelajaran sekolah,
nilai-nilai yang bisa saya petik
adalah drama ini menyatukan anggota kelompok yang awalnya terikat gengsi masing-masing.
Kami bekerjasama mengerjakan naskah, saling mengoreksi, memberi saran, dan
melakukan yang terbaik bagi drama kelompok kami. Saya akui saya menjadi lebih
dekat dengan teman-teman yang awalnya kurang komunikatif. :D Alhamdulillah mbak
Sita sangat rajin latihan dan sangat berperan besar bagi pembuatan naskah kami.
Yah, stereotipe kakak kelas yang tidak mau bekerjasama tidak berlaku bagi mbak
Sita. Thank you so much, mbak! :D Hal
yang perlu dikoreksi hanyalah kehadiran Tepong dan Bodong dalam kelompok,
semoga kalau ada kerja kelompok lagi mereka lebih bisa diandalkan. -_-
Jujur saja,
karena saya sangat menyukai drama, saya ingin tampil dalam drama lagi. Belum
puas dengan penampilan saya yang sedikit ituuuu. :’( Semoga saja usul mbak
Astrid bagi kelas untuk membuat drama Tetralogi Buru bisa direalisasikan. :’(
Pokoknya drama
kami ini membuat penonton senang, mbak-mbak dosen senang, aktor senang, semua
senang. Yeeeey :D
0 comments:
Posting Komentar